Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.
Teori dan praktik
Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.Sejarah
- Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.
Kesimpulan
bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.Desain Rumah Sederhana
* Rumah sederhana adalah rumah yang tidak terlalu banyak memiliki perabotan atau furniture. Belilah perabot yang penting dan memang dibutuhkan, misalnya kursi, meja, ranjang, lemari, dan lain sebagainya.* Desain rumah sederhana identik dengan rumah minimalis, jadi sebaiknya belilah barang-barang yang memang mengusung tema tersebut. yakni perabotan yang sederhana dan tidak memiliki terlalu banyak detail.
* Untuk warna dalam desain rumah sederhana, sebaiknya tidak menggunakan terlalu banyak jenis warna yang kontras dalam satu rumah atau ruangan. Penggunaan bermacam-macam warna yang terlihat saling kontras, tidak akan menimbulkan keserasian ruangan.
* Dalam penataan perabot, pastikan dalam satu ruangan tidak terlalu banyak barang agar ruangan tidak terkesan sempit
Desain Rumah Sederhana
Archive for the ‘Arsitektur’ Category
RUMAH PUZZLE
Penulis : Okita Sisy Tiara
Fotografer : Ahkamul Hakim
Sejak awal, pemilik rumah dan arsitek Yu Sing sepakat untuk mengacu pada konsep arsitektur tropis bergaya nusantara dengan konsep green architecture. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya eksplorasi material yang diterapkan pada hunian ini baik material daur ulang maupun material baru yang pemanfaatannya dibuat secara berbeda. Arsitektur yang ditampilkan berkonsep rumah puzzle, karena pemilik rumah memiliki banyak koleksi pernak pernik. Puzzle juga memiliki arti mengkreasikan dan memadukan berbagai material bekas. Material bekas yang digunakan seperti sisa genteng, kayu bekas, bambu dan grass block.
Agar ruangan tidak terasa panas di siang hari, arsitek memilih material grass block sebagai pembentuk fasad bangunan. Pemanfaatan material untuk fungsi yang tidak lazim ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus dalam hal konstruksi. Pada hunian ini, grass block “dipaksa” untuk disusun secara vertikal dengan ketinggian mencapai 11 meter. Hal ini disiasati arsitek dengan terlebih dahulu membuat modul rangka baja iwf sebagai “pengkaku”. Setelah itu barulah grass block digunakan untuk mengisi modul tersebut.
Lahan yang terbatas yaitu 180 m2, disiasati dengan penggunaan split level dan bentuk geometri yang miring. Hunian ini terdiri dari empat lantai. Lantai satu dimanfaatkan sebagai gudang. Adapun suasana “rumah” baru terasa di lantai dua. Pada lantai dua terdapat ruang duduk, ruang kerja dan ruangan untuk memajang koleksi pemilik rumah. Pada lantai dua ini juga terdapat taman tengah yang berfungsi memasukkan cahaya matahari dan mengalirkan udara. Di atas taman tengah terdapat void sampai ke lantai paling atas.
Pada lantai 2,5 terdapat ruang untuk menonton TV, pantri dan ruang makan. Adapun pada lantai tiga, terdapat dua kamar tidur anak dan ruang untuk aktivitas anak. Berbeda dengan suasana pada lantai dua yang didominasi oleh pernak-pernik nusantara dengan nuansa etnik yang kental, pada lantai tiga desain interior didominasi oleh warna putih dengan sentuhan pernak-pernik anak yang berwarna-warni, sehingga menghasilkan suasana yang cerah dan ceria.
Naik ke lantai 3,5 kita akan menemukan kamar tidur utama. Kamar tidur utama bergaya modern dengan tone warna yang redup seperti krem dan cokelat. Kamar tidur utama ini juga memiliki mezanin. Lantai bawahnya difungsikan sebagai ruang menonton TV dan walk in closet sedangkan pada bagian atasnya difungsikan untuk tempat tidur. Pada lantai yang paling atas yaitu lantai empat atau rooftop, terdapat taman dan area ibadah yang sifatnya privat.
Lokasi : Kediaman Keluarga Jonathan di Kawasan Greenville, Jakarta Barat
Arsitek : Yu Sing – akanoma
Fotografer : Ahkamul Hakim
Sejak awal, pemilik rumah dan arsitek Yu Sing sepakat untuk mengacu pada konsep arsitektur tropis bergaya nusantara dengan konsep green architecture. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya eksplorasi material yang diterapkan pada hunian ini baik material daur ulang maupun material baru yang pemanfaatannya dibuat secara berbeda. Arsitektur yang ditampilkan berkonsep rumah puzzle, karena pemilik rumah memiliki banyak koleksi pernak pernik. Puzzle juga memiliki arti mengkreasikan dan memadukan berbagai material bekas. Material bekas yang digunakan seperti sisa genteng, kayu bekas, bambu dan grass block.
Agar ruangan tidak terasa panas di siang hari, arsitek memilih material grass block sebagai pembentuk fasad bangunan. Pemanfaatan material untuk fungsi yang tidak lazim ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus dalam hal konstruksi. Pada hunian ini, grass block “dipaksa” untuk disusun secara vertikal dengan ketinggian mencapai 11 meter. Hal ini disiasati arsitek dengan terlebih dahulu membuat modul rangka baja iwf sebagai “pengkaku”. Setelah itu barulah grass block digunakan untuk mengisi modul tersebut.
Lahan yang terbatas yaitu 180 m2, disiasati dengan penggunaan split level dan bentuk geometri yang miring. Hunian ini terdiri dari empat lantai. Lantai satu dimanfaatkan sebagai gudang. Adapun suasana “rumah” baru terasa di lantai dua. Pada lantai dua terdapat ruang duduk, ruang kerja dan ruangan untuk memajang koleksi pemilik rumah. Pada lantai dua ini juga terdapat taman tengah yang berfungsi memasukkan cahaya matahari dan mengalirkan udara. Di atas taman tengah terdapat void sampai ke lantai paling atas.
Pada lantai 2,5 terdapat ruang untuk menonton TV, pantri dan ruang makan. Adapun pada lantai tiga, terdapat dua kamar tidur anak dan ruang untuk aktivitas anak. Berbeda dengan suasana pada lantai dua yang didominasi oleh pernak-pernik nusantara dengan nuansa etnik yang kental, pada lantai tiga desain interior didominasi oleh warna putih dengan sentuhan pernak-pernik anak yang berwarna-warni, sehingga menghasilkan suasana yang cerah dan ceria.
Naik ke lantai 3,5 kita akan menemukan kamar tidur utama. Kamar tidur utama bergaya modern dengan tone warna yang redup seperti krem dan cokelat. Kamar tidur utama ini juga memiliki mezanin. Lantai bawahnya difungsikan sebagai ruang menonton TV dan walk in closet sedangkan pada bagian atasnya difungsikan untuk tempat tidur. Pada lantai yang paling atas yaitu lantai empat atau rooftop, terdapat taman dan area ibadah yang sifatnya privat.
Lokasi : Kediaman Keluarga Jonathan di Kawasan Greenville, Jakarta Barat
Arsitek : Yu Sing – akanoma
Keharmonisan Etnik dan Modern
Penulis : Okita Sisy Tiara Fotografer : Ahkamul Hakim
Di tengah maraknya bangunan rumah tinggal bergaya internasional, hunian berikut ini tampil beda dengan desain modern yang mengutamakan nilai-nilai lokal. Sejak awal, pemilik rumah menginginkan hunian yang alami dengan unsur etnik pada interiornya, namun tetap tampil modern. Tim arsitek Akanoma berusaha menjawab keinginan tersebut di atas lahan seluas 363 m2. Tim arsitek memadukan massa dengan bentuk geometris yang kuat yaitu bentuk kotak dan bentuk silinder, dan massa beratap pelana. Perpaduan bentuk atap pelana dengan massa berbentuk kotak dan silinder ini merupakan keharmonisan antara unsur etnik dan unsur modern.
Fasadnya terlihat unik dengan perpaduan material bambu dan kayu, serta unsur hijau dedaunan pada pagar guna menciptakan tampilan yang alami. Pada hunian ini terdapat dua pintu masuk (entrance). Entrance yang pertama akan membawa kita ke ruang tamu yang berbentuk silinder. Ruang tamu ini memiliki tinggi satu setengah lantai yang dikelilingi oleh material kaca dan bambu. Di ruang tamu juga terdapat tangga melingkar menuju ruang kerja berbentuk mezanin. Meskipun memiliki desain yang modern, namun penggunaan furnitur bergaya lawas berhasil memberikan sentuhan etnik.
Memasuki pintu utama, kita akan disambut oleh ruangan menyerupai koridor dengan doubleheight menuju ruang makan dan mini bar bergaya warung. Ujung koridornya membawa kita ke teras samping yang dilengkapi kolam ikan dan taman yang hijau. Interaksi antara ruang luar dan ruang dalam yang “menyatu” membuat suasana ruang terasa seperti di luar. Teras samping yang berbatasan langsung dengan ruang dalam ini berfungsi untuk mengalirkan udara dengan prinsip ventilasi silang (cross ventilation).
Kelebihan lain yang dimiliki hunian ini adalah efisien dan ramah lingkungan. Tak hanya berhasil memaksimalkan cahaya dan udara, beberapa ruangannya ada yang menggunakan material bekas yang masih layak pakai. Seperti genteng bekas untuk penutup dinding pada ruang keluarga dan material kayu bekas bantalan rel kereta api sebagai bagian dari fasad hunian.
Lokasi : Kediaman Keluarga Ida di Kawasan Cinere, Jakarta Selatan
Arsitek : Akanoma Architect
Tim Desain : Yu Sing, Benyamin Narkan, Iwan Gunawan dan Teguh Radena
Di tengah maraknya bangunan rumah tinggal bergaya internasional, hunian berikut ini tampil beda dengan desain modern yang mengutamakan nilai-nilai lokal. Sejak awal, pemilik rumah menginginkan hunian yang alami dengan unsur etnik pada interiornya, namun tetap tampil modern. Tim arsitek Akanoma berusaha menjawab keinginan tersebut di atas lahan seluas 363 m2. Tim arsitek memadukan massa dengan bentuk geometris yang kuat yaitu bentuk kotak dan bentuk silinder, dan massa beratap pelana. Perpaduan bentuk atap pelana dengan massa berbentuk kotak dan silinder ini merupakan keharmonisan antara unsur etnik dan unsur modern.
Fasadnya terlihat unik dengan perpaduan material bambu dan kayu, serta unsur hijau dedaunan pada pagar guna menciptakan tampilan yang alami. Pada hunian ini terdapat dua pintu masuk (entrance). Entrance yang pertama akan membawa kita ke ruang tamu yang berbentuk silinder. Ruang tamu ini memiliki tinggi satu setengah lantai yang dikelilingi oleh material kaca dan bambu. Di ruang tamu juga terdapat tangga melingkar menuju ruang kerja berbentuk mezanin. Meskipun memiliki desain yang modern, namun penggunaan furnitur bergaya lawas berhasil memberikan sentuhan etnik.
Memasuki pintu utama, kita akan disambut oleh ruangan menyerupai koridor dengan doubleheight menuju ruang makan dan mini bar bergaya warung. Ujung koridornya membawa kita ke teras samping yang dilengkapi kolam ikan dan taman yang hijau. Interaksi antara ruang luar dan ruang dalam yang “menyatu” membuat suasana ruang terasa seperti di luar. Teras samping yang berbatasan langsung dengan ruang dalam ini berfungsi untuk mengalirkan udara dengan prinsip ventilasi silang (cross ventilation).
Kelebihan lain yang dimiliki hunian ini adalah efisien dan ramah lingkungan. Tak hanya berhasil memaksimalkan cahaya dan udara, beberapa ruangannya ada yang menggunakan material bekas yang masih layak pakai. Seperti genteng bekas untuk penutup dinding pada ruang keluarga dan material kayu bekas bantalan rel kereta api sebagai bagian dari fasad hunian.
Lokasi : Kediaman Keluarga Ida di Kawasan Cinere, Jakarta Selatan
Arsitek : Akanoma Architect
Tim Desain : Yu Sing, Benyamin Narkan, Iwan Gunawan dan Teguh Radena
SPLIT LEVEL BERKARAKTER
Penulis : Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Biasanya penerapan konsep split level lebih ditujukan pada hunian mungil untuk menyiasati skala ruang yang terbatas. Namun kali ini berbeda, konsep split level di hunian yang berlokasi di kawasan Bintaro ini lebih ditujukan untuk membedakan zonasi ruang agar lebih memberikan “pengalaman ruang” yang berdimensi.
Hunian yang berada di atas tanah seluas 450 m² ini berupa bangunan dua lantai yang di-split menjadi empat level. Dari arah luar, terlihat bangunan berjenjang dengan massa bangunan seolah-olah merupakan perpaduan antara bidang kotak persegi dan bidang trapesium yang disusun dalam susunan maju-mundur dan tinggi-rendah untuk menegaskan dimensi.
Gubahan massa kotak bersusun dipadukan dengan massa bangunan masif yang sengaja “dimiringkan” pada satu sisi yang menghadap ke arah depan. Kedua komposisi massa bangunan masif tersebut dipisahkan oleh kanopi kaca yang transparan sehingga memberikan kesan “ringan” antara kedua massa bangunan tersebut. Bangunan dengan void beratap miring ke arah satu sisi dan sebagian tembus pandang, seolah-olah mewujudkan skala ruang dalam pada bangunan dua lantai tersebut.
Setiap bidang masif diolah dengan finishing berbeda yaitu diaci halus dan dikamprot, kemudian dicat dengan dua jenis warna bernuansa alami yang berbeda. Ada pula yang ditutup dengan batu andesit yang dipasang dengan teknik “susun sirih”. Diantara bidang masif tersebut terdapat bidang yang seolah-olah “dilubangi” dengan dinding kaca transparan yang menerus sampai ke atap dan tembus pandang untuk menjaga keseimbangan massa bangunan. Komposisi dinamis yang atraktif ini membentuk bangunan berkarakter yang berbeda dari bangunan-bangunan di sekitarnya.
Massa bangunan induk dengan skala ukuran yang lebih besar disambung dengan massa bangunan privat yang digunakan untuk kamar tidur utama, membentuk formasi L. Sisi bangungan induk yang menghadap ke arah dalam sengaja dibuat lebih sederhana (plain) untuk memaksimalkan fungsi ruang dalamnya. “Permainan” detail yang unik senada dengan massa bangunan ruang tamu, diaplikasikan pula pada detail bangunan privat. Area ini sudah dirancang dengan fondasi konstruksi dua lantai tetapi area roof di atasnya hanya dimanfaatkan sebagai roof garden saja. Bentukan bidang miring “diperlunak” dengan tanaman cascade yang menjuntai merepresentasikan gambaran air terjun jatuh.
Taman belakang didesain menyerupai suasana resor dengan kolam renang dan taman tropikal yang mengisi celah dan lorong diantara massa bangunan. “Sensasi outdoor” dapat dirasakan dari ruang tidur utama karena memiliki akses langsung ke arah kolam. Permukaan kolam berada pada posisi satu meter lebih tinggi dari permukaan taman. Dalam hal ini tepian kolam dibuat overflow agar terasa lebih natural.
Konsultan dan Kontraktor :
Riadi Rizal Basjrah , Yusfiardi Thamrin dan
Tim dari Design RumahKoe
Lanskap : Djoni D. Waridan
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Biasanya penerapan konsep split level lebih ditujukan pada hunian mungil untuk menyiasati skala ruang yang terbatas. Namun kali ini berbeda, konsep split level di hunian yang berlokasi di kawasan Bintaro ini lebih ditujukan untuk membedakan zonasi ruang agar lebih memberikan “pengalaman ruang” yang berdimensi.
Hunian yang berada di atas tanah seluas 450 m² ini berupa bangunan dua lantai yang di-split menjadi empat level. Dari arah luar, terlihat bangunan berjenjang dengan massa bangunan seolah-olah merupakan perpaduan antara bidang kotak persegi dan bidang trapesium yang disusun dalam susunan maju-mundur dan tinggi-rendah untuk menegaskan dimensi.
Gubahan massa kotak bersusun dipadukan dengan massa bangunan masif yang sengaja “dimiringkan” pada satu sisi yang menghadap ke arah depan. Kedua komposisi massa bangunan masif tersebut dipisahkan oleh kanopi kaca yang transparan sehingga memberikan kesan “ringan” antara kedua massa bangunan tersebut. Bangunan dengan void beratap miring ke arah satu sisi dan sebagian tembus pandang, seolah-olah mewujudkan skala ruang dalam pada bangunan dua lantai tersebut.
Setiap bidang masif diolah dengan finishing berbeda yaitu diaci halus dan dikamprot, kemudian dicat dengan dua jenis warna bernuansa alami yang berbeda. Ada pula yang ditutup dengan batu andesit yang dipasang dengan teknik “susun sirih”. Diantara bidang masif tersebut terdapat bidang yang seolah-olah “dilubangi” dengan dinding kaca transparan yang menerus sampai ke atap dan tembus pandang untuk menjaga keseimbangan massa bangunan. Komposisi dinamis yang atraktif ini membentuk bangunan berkarakter yang berbeda dari bangunan-bangunan di sekitarnya.
Massa bangunan induk dengan skala ukuran yang lebih besar disambung dengan massa bangunan privat yang digunakan untuk kamar tidur utama, membentuk formasi L. Sisi bangungan induk yang menghadap ke arah dalam sengaja dibuat lebih sederhana (plain) untuk memaksimalkan fungsi ruang dalamnya. “Permainan” detail yang unik senada dengan massa bangunan ruang tamu, diaplikasikan pula pada detail bangunan privat. Area ini sudah dirancang dengan fondasi konstruksi dua lantai tetapi area roof di atasnya hanya dimanfaatkan sebagai roof garden saja. Bentukan bidang miring “diperlunak” dengan tanaman cascade yang menjuntai merepresentasikan gambaran air terjun jatuh.
Taman belakang didesain menyerupai suasana resor dengan kolam renang dan taman tropikal yang mengisi celah dan lorong diantara massa bangunan. “Sensasi outdoor” dapat dirasakan dari ruang tidur utama karena memiliki akses langsung ke arah kolam. Permukaan kolam berada pada posisi satu meter lebih tinggi dari permukaan taman. Dalam hal ini tepian kolam dibuat overflow agar terasa lebih natural.
Konsultan dan Kontraktor :
Riadi Rizal Basjrah , Yusfiardi Thamrin dan
Tim dari Design RumahKoe
Lanskap : Djoni D. Waridan
Villa Keluarga nan Sejuk
Penulis: Qisthi Jihan, Fotografer: Sjahrial Iqbal
Villa yang berlokasi di kawasan Puncak, Bogor ini dibangun sebagai tempat berekreasi dan bersantai bersama keluarga besar pemilik villa setiap akhir pekan (weekend). Villa yang berada di atas lahan seluas 4600 m² dan dengan luas bangunan 1200 m² ini memiliki dua massa bangunan, yaitu bangunan utama untuk keluarga besar dan bangunan untuk tamu keluarga.
Massa bangunan utama yang terdiri dari dua tingkat tersebut memisahkan antara area privat dengan area berkumpul keluarga. Didalamnya bangunan utama terdapat delapan kamar tidur termasuk kamar tidur utama dan fasilitas ruang komunal indoor dan outdoor. Hal senada juga tersedia pada bangunan tamu keluarga, namun disini ditambahkan fasilitas lain berupa kolam renang dan lapangan olah raga.
Kondisi lahan berkontur membuat Silvia Honsa sebagai arsitek memanfaatkan lahan secara maksimal dengan merancang bangunan melalui “permainan” split level. Demi mendapatkan pemandangan hijau di sekitar villa, maka massa bangunan pun didirikan pada titik tertinggi pada lahan ini, dan konsep bangunan pun dibuat transparan serta terbuka. Misalnya saja dengan menerapkan aplikasi material transparan di sebagian besar dinding ruang yang berhadapan langsung dengan alam luar. Keunikan lainnya pada vila ini adalah terdapatnya area semi-outdoor pada setiap ruang termasuk pada setiap kamar.
Pada prinsipnya bangunan ini didesain berkonsep modern dengan “nyawa” sebuah bangunan bergaya resor. Pendekatan desain diaplikasikan melalui unsur natural seperti dengan mengutamakan terdapatnya interaksi antara hunian dan unsur alam secara langsung. Adapun material alami seperti batu alam dan kayu diaplikasikan baik pada eksterior bangunan maupun pada interior bangunan. Dalam pemilihan material, Silvia Honsa juga mempertimbangkan material yang mudah dibersihkan dan tahan lama sebagai respons terhadap bangunan yang berada pada alam yang lembap. Bangunan modern yang berkesan “hangat” pun dapat diperoleh sehingga mendukung suasana yang akrab ketika berkumpul dengan keluarga.
Pemilik : Mohamad di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat
Arsitek : Silvia Honsa, ST
Project Director: Awod Makky
Kontraktor : Ir. Syakib Arsalan
Villa yang berlokasi di kawasan Puncak, Bogor ini dibangun sebagai tempat berekreasi dan bersantai bersama keluarga besar pemilik villa setiap akhir pekan (weekend). Villa yang berada di atas lahan seluas 4600 m² dan dengan luas bangunan 1200 m² ini memiliki dua massa bangunan, yaitu bangunan utama untuk keluarga besar dan bangunan untuk tamu keluarga.
Massa bangunan utama yang terdiri dari dua tingkat tersebut memisahkan antara area privat dengan area berkumpul keluarga. Didalamnya bangunan utama terdapat delapan kamar tidur termasuk kamar tidur utama dan fasilitas ruang komunal indoor dan outdoor. Hal senada juga tersedia pada bangunan tamu keluarga, namun disini ditambahkan fasilitas lain berupa kolam renang dan lapangan olah raga.
Kondisi lahan berkontur membuat Silvia Honsa sebagai arsitek memanfaatkan lahan secara maksimal dengan merancang bangunan melalui “permainan” split level. Demi mendapatkan pemandangan hijau di sekitar villa, maka massa bangunan pun didirikan pada titik tertinggi pada lahan ini, dan konsep bangunan pun dibuat transparan serta terbuka. Misalnya saja dengan menerapkan aplikasi material transparan di sebagian besar dinding ruang yang berhadapan langsung dengan alam luar. Keunikan lainnya pada vila ini adalah terdapatnya area semi-outdoor pada setiap ruang termasuk pada setiap kamar.
Pada prinsipnya bangunan ini didesain berkonsep modern dengan “nyawa” sebuah bangunan bergaya resor. Pendekatan desain diaplikasikan melalui unsur natural seperti dengan mengutamakan terdapatnya interaksi antara hunian dan unsur alam secara langsung. Adapun material alami seperti batu alam dan kayu diaplikasikan baik pada eksterior bangunan maupun pada interior bangunan. Dalam pemilihan material, Silvia Honsa juga mempertimbangkan material yang mudah dibersihkan dan tahan lama sebagai respons terhadap bangunan yang berada pada alam yang lembap. Bangunan modern yang berkesan “hangat” pun dapat diperoleh sehingga mendukung suasana yang akrab ketika berkumpul dengan keluarga.
Pemilik : Mohamad di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat
Arsitek : Silvia Honsa, ST
Project Director: Awod Makky
Kontraktor : Ir. Syakib Arsalan
BEREKSPERIMEN DENGAN UNSUR GEOMETRIS
Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin
Keunikan hunian berikut ini terletak pada komposisi bentuk kotak-kotak geometris yang simpel, susunan ruang yang transparan dan pencahayaan alami yang melimpah. Konsep desain hunian ini bermula dari keinginan pemilik untuk memiliki hunian modern dengan suasana yang terbuka dan “ringan”.
Sebagai arsitek muda, Catur banyak mengacu pada prinsip desain bergaya minimalis dengan menonjolkan bentuk yang “jujur” dan pengolahan alur ruang (sequence) yang “mengalir”. Pada tahap awal, arsitek membongkar rumah lama di lahan seluas 300 m2 tersebut, kemudian menggunakan sebagian lahan di bagian tengah untuk massa bangunan baru sehingga menyisakan ruang terbuka hijau yang luas terutama di halaman belakang.
Wujud bangunannya menampilkan boks-boks geometris yang posisinya diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap boks diolah dengan susunan dinding masif, jendela kaca lebar, teriti dan pagar balkon dari kaca sehingga menegaskan kesan modern yang. Selain diberi finishing cat warna abu-abu, dinding tertentu seperti pagar luar dilapisi oleh batu alam agar memunculkan kesan “hangat”. Empat buah pilar pada fasad juga memberikan kesan kokoh dan diimbangi dengan jendela kaca lebar dan sorot cahaya lampu. Bukaan seperti ini diterapkan di setiap ruang untuk mengoptimalkan masuknya cahaya alami dan mengoptimalkan sirkulasi udara segar ke dalam hunian dan pandangan bebas ke arah luar.
Komposisi boks pada fasad juga mencerminkan susunan ruang dalam hunian, misalnya sebuah boks transparan berbentuk vertikal yang menunjukkan area tangga. Aksentuasinya hadir berupa pagar dari aluminium ber-finishing warna hitam yang serasi dengan keramik penutup lantai teras depan. Masuk ke dalam hunian, arsitek menyusun ruang-ruang tanpa dinding penyekat dan void di tengah hunian. Ruang-ruang yang bersifat semipublik seperti foyer, ruang tamu dan ruang keluarga ditata menyatu di lantai dasar serta bersisian dengan area tangga di pojok hunian.
Seluruh dinding ruang makan yang menghadap ke halaman belakang dibuat berupa pintu kaca geser tanpa kusen sehingga terasa suasana indoor-outdoor yang kuat pada hunian. Aplikasi kaca yang cukup banyak seperti pada pintu kamar mandi, pagar tangga dan teritis menegaskan citra modern pada hunian ini.
Dalam menata interior, arsitek bersama dengan pemilik rumah memilih furnitur dan aksesori yang simpel dan memadukan warna serta tekstur yang atraktif agar suasana hunian menjadi nyaman. Contohnya, sofa di ruang keluarga yang berlapis kain lembut warna abu-abu dipadu dengan coffee table yang ber-finishing veneer serat kayu yang “hangat”. Kursi dan meja makan yang terbuat dari bahan metal ber-finishing mengilat (glossy) menjadi pusat perhatian (eye catcher). Tata cahaya (lighting) dari lampu jenis downlight dan spotlight juga berperan memberikan kesan “hidup” pada hunian urban ini.
Lokasi : Kediaman di Jalan Kenanga, Semarang, Jawa Tengah
Archive for the ‘Gaya Hidup’ Category
Sarana Memanjakan si Kecil
Penulis : Qisthi Jihan
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Tempat yang dinamakan Spa Baby ini memberikan perawatan tubuh bayi usia tiga bulan sampai anak usia 12 tahun untuk membantu pertumbuhan mereka. Anak-anak yang sedang berkembang senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan meraba. Oleh karena itu desainer menggunakan material bertekstur dan objek yang ada di lingkungan seperti binatang dan buah-buahan. Dengan desain yang lucu dan menyenangkan, anak-anak merasakan dimanjakan dan merasa asyiknya berada disini. Terdapat dua area perawatan di tempat ini, yang pertama adalah area air (aqua) yang basah, terletak di wilayah basement dan digunakan untuk perawatan bayi. Desainnya terinspirasi oleh suasana bawah laut yang tenang, menggunakan warna pastel dan pencahayaan indirect dengan dimmer agar dapat menenangkan bayi. Di area ini terdapat bathtub kecil dan meja built in sebagai area tidur anak saat dipijat sedangkan pojok lain diolah menjadi area potong rambut . Area perawatan kedua adalah area sand yang berada di lantai satu dan digunakan untuk salon anak-anak. Area ini diisi dengan furnitur dan pintu “mungil” sesuai dengan ergonomi anak dan mereka merasa nyaman berada di tempat ini. Ada pula sudut khusus untuk bermain, memajang karya anak-anak dan area tunggu. Dindingnya yang dipenuhi oleh gambar binatang-binatang berwarna cerah khas anak, sebagian digunakan sebagai “kanvas” untuk sarana coret mencoret anak.
Selain berenang di bath tub, tersedia pula perawatan pijit bayi yang dapat membantu sirkulasi darah, perkembangan saraf, merangsang sistem motorik, menstimulasi pertumbuhan hormon sehingga bayi dapat merasa relaks. Untuk anak, variasi perawatan lebih beragam seperti perawatan tangan dan kuku(manicure), perawatan kaki (pedicure), creambath dan perawatan muka. Bahan-bahan yang dipakai berasal dari bahan alami sehingga aman dalam pemakaiannya.
Lokasi : Spa Baby, Jakarta Selatan
Desainer interior : Benno Ramadian ( BRd Design)
Pemilik : PT. Spababy Asia
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Tempat yang dinamakan Spa Baby ini memberikan perawatan tubuh bayi usia tiga bulan sampai anak usia 12 tahun untuk membantu pertumbuhan mereka. Anak-anak yang sedang berkembang senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan meraba. Oleh karena itu desainer menggunakan material bertekstur dan objek yang ada di lingkungan seperti binatang dan buah-buahan. Dengan desain yang lucu dan menyenangkan, anak-anak merasakan dimanjakan dan merasa asyiknya berada disini. Terdapat dua area perawatan di tempat ini, yang pertama adalah area air (aqua) yang basah, terletak di wilayah basement dan digunakan untuk perawatan bayi. Desainnya terinspirasi oleh suasana bawah laut yang tenang, menggunakan warna pastel dan pencahayaan indirect dengan dimmer agar dapat menenangkan bayi. Di area ini terdapat bathtub kecil dan meja built in sebagai area tidur anak saat dipijat sedangkan pojok lain diolah menjadi area potong rambut . Area perawatan kedua adalah area sand yang berada di lantai satu dan digunakan untuk salon anak-anak. Area ini diisi dengan furnitur dan pintu “mungil” sesuai dengan ergonomi anak dan mereka merasa nyaman berada di tempat ini. Ada pula sudut khusus untuk bermain, memajang karya anak-anak dan area tunggu. Dindingnya yang dipenuhi oleh gambar binatang-binatang berwarna cerah khas anak, sebagian digunakan sebagai “kanvas” untuk sarana coret mencoret anak.
Selain berenang di bath tub, tersedia pula perawatan pijit bayi yang dapat membantu sirkulasi darah, perkembangan saraf, merangsang sistem motorik, menstimulasi pertumbuhan hormon sehingga bayi dapat merasa relaks. Untuk anak, variasi perawatan lebih beragam seperti perawatan tangan dan kuku(manicure), perawatan kaki (pedicure), creambath dan perawatan muka. Bahan-bahan yang dipakai berasal dari bahan alami sehingga aman dalam pemakaiannya.
Lokasi : Spa Baby, Jakarta Selatan
Desainer interior : Benno Ramadian ( BRd Design)
Pemilik : PT. Spababy Asia
Bistro Prancis, Bernuansa Eropa
Penulis: Qisthi Jihan
Fotografer: Sjahrial Iqbal
Bistro ini mengangkat konsep “warung” Eropa yang sangat Prancis sehingga berbeda dari bistro lainnya. Ketika memasuki interiornya, muncul kesan “hangat” dan “ramah” dengan penggunaan warna biru dof pada dinding dan lantai kayu. Bistro ini dibagi menjadi tiga area dengan suasana yang berbeda pada tiap areanya. Area utama ditata dengan suasana dining dan bar yang terasa lebih akrab dan intim sedangkan area outdoor terasa lebih santai dengan santapan ringan untuk tea time ataupun sarapan. Desain area outdoor ini disesuaikan dengan warga kebiasaan masyarakat Jakarta yang suka ‘ngobrol dan ngopi-ngopi’. Area makan di koridor pun menawarkan suasana berbeda dengan adanya open kitchen. Anna Bambang yang mendesain bistro ini memberi sentuhan rustic untuk menghadirkan suasana Prancis tradisional. Caranya, panel dan pilar besar khas arsitektur art deco Eropa diber finishing cat warna biru doff sehingga tampil beda diantara warna-warna “hangat” seperti coklat pada lantai kayu dan merah marun pada furnitur. Aplikasi warna emas yang sedikit berkarat pada handel pintu masuk dan bingkai kaca dinding bar menjadi aksen pembentuk suasana interior Prancis. Stiker warna emas bermotif damask pada kaca di area utama menegaskan hal tersebut. Untuk pencahayaan, desainer memilih lampu kuning agar tercipta suasana “hangat” di bistro ini. Armatur lampu dinding dipilih yang bergaya klasik sedangkan lampu gantungnya berbentuk bulat simpel komposisi ruangan tidak terkesan “penuh”.
Lokasi : Bistro Baron, Plaza Indonesia, Jakarta
Pemilik : David Ratner
Interior : Anna Bambang
Fotografer: Sjahrial Iqbal
Bistro ini mengangkat konsep “warung” Eropa yang sangat Prancis sehingga berbeda dari bistro lainnya. Ketika memasuki interiornya, muncul kesan “hangat” dan “ramah” dengan penggunaan warna biru dof pada dinding dan lantai kayu. Bistro ini dibagi menjadi tiga area dengan suasana yang berbeda pada tiap areanya. Area utama ditata dengan suasana dining dan bar yang terasa lebih akrab dan intim sedangkan area outdoor terasa lebih santai dengan santapan ringan untuk tea time ataupun sarapan. Desain area outdoor ini disesuaikan dengan warga kebiasaan masyarakat Jakarta yang suka ‘ngobrol dan ngopi-ngopi’. Area makan di koridor pun menawarkan suasana berbeda dengan adanya open kitchen. Anna Bambang yang mendesain bistro ini memberi sentuhan rustic untuk menghadirkan suasana Prancis tradisional. Caranya, panel dan pilar besar khas arsitektur art deco Eropa diber finishing cat warna biru doff sehingga tampil beda diantara warna-warna “hangat” seperti coklat pada lantai kayu dan merah marun pada furnitur. Aplikasi warna emas yang sedikit berkarat pada handel pintu masuk dan bingkai kaca dinding bar menjadi aksen pembentuk suasana interior Prancis. Stiker warna emas bermotif damask pada kaca di area utama menegaskan hal tersebut. Untuk pencahayaan, desainer memilih lampu kuning agar tercipta suasana “hangat” di bistro ini. Armatur lampu dinding dipilih yang bergaya klasik sedangkan lampu gantungnya berbentuk bulat simpel komposisi ruangan tidak terkesan “penuh”.
Lokasi : Bistro Baron, Plaza Indonesia, Jakarta
Pemilik : David Ratner
Interior : Anna Bambang
MANDI MEWAH ALA BINTANG FILM
Penulis : Didan N.Sardjono Fotografer : Ahkamul Hakim
Mandi
bagi wanita saat ini bukanlah ritual aktivitas harian biasa, tetapi
sudah menjadi gaya hidup bagi para wanita yang ingin memanjakan diri
secara total. Untuk lebih memperkenalkan lebih jauh tentang mandi secara
total ini sebuah perusahaan sabun memperkenalkan sebuah kegiatan yang
diharapkan dapat menginspirasi dan mengubah paradigma para wanita
Indonesia mengenai kebiasaan mereka menikmati ritual mandi.Sehubungan dengan itu, Lux Beauty Lounge dapat memberikan suatu pengalaman mandi mewah ala bintang film. Konsep mandi seperti ini belum pernah dilakukan oleh kebanyakan wanita. Di tempat ini Anda dapat menikmati ritual mandi mewah ala bintang film dan mengalami proses mempercantik diri dalam arti yang sebenarnya, mulai dari scrubbing, mandi sauna, berendam di jacuzzi dan kembali menikmati shower dengan water jet pressure. Selain itu, mandi mewah ini juga dapat menyeimbangkan jiwa dan menenangkan pikiran karena penggunaan air saat mandi baik dengan shower ataupun berendam dipercaya dapat memberikan efek terapi yang baik bagi tubuh.
Di tempat ini Anda benar-benar menikmati kemewahan mandi mulai dari membersihkan tubuh dengan scrubbing yang mengangkat sel-sel kulit mati diikuti dengan sauna yang membuka pori-pori kulit. Ritual mandi mewah diakhiri dengan shower berdesain khusus. Air dari shower ini akan terpancar dari berbagai arah yang dapat membantu melancarkan peredaran darah sehingga tubuh pun terasa lebih bugar. Kemewahan makin terasa dengan penataan interior yang diberi sentuhan warna-warna soft dan aroma yang harum sehingga menciptakan kesan akrab yang penuh keceriaan.
Restoran Berinterior Khas Jepang
Penulis : Qisthi Jihan Fotografer : Sjahrial IqbalKiyadon, merupakan sebuah restoran yang menyajikan aneka hidangan negeri sakura. Suasana interior di Kiyadon tampak modern tanpa meninggalkan unsur interior yang berorientasi kebudayaan Jepang. Saat memasuki restoran ini, pengunjung dapat menikmati suasana di area luar dan suasana area dalam yang terbagi dalam tiga area duduk yaitu area duduk tatami, area duduk sushi bar dan area duduk dengan kursi built in.
Hadirnya bunga-bunga sakura pada panel depan menjadi daya tarik yang mencirikan sebuah restoran Jepang. Fungsinya pun selain untuk dekorasi seolah-olah menjadi gapura pemisah antara area luar dan area dalam. Area duduk tatami menjadi satu ciri khas tata cara duduk yang diadopsi dari kebudayaan Jepang. Namun uniknya, di restoran ini tata cara seperti itu hanya dibuat ”seakan-akan” pengunjung duduk lesehan. Dalam hal ini setiap area meja, mempunyai lantai yang dibuat ceruk sehingga kaki pengunjung dapat masuk ceruk. Area sushi bar juga menawarkan suasana khas Jepang dengan mempertunjukkan keahlian sang koki meracik sushi yang dapat langsung dipilih dan disantap.
Archive for the ‘Interior’ Category
Hunian Bersuasana Kafe
Penulis : Okita Sisy Tiara Fotografer : M. Ifran Nurdin
Unit apartemen yang berlokasi di Gading Mediterania Residence ini memiliki beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, pantri dan kamar mandi. Agar ruang keluarga terasa lebih lega, arsitek menghilangkan fungsi ruang makan dan membuat keseluruhan ruang menjadi sebuah lounge untuk bersantai. Selain itu arsitek juga memberikan tema “Kafe” pada hunian ini. Dengan membawa suasana gaya hidup perkotaan ke dalam hunian, arsitek ingin hunian ini tampil unik dan berbeda dari unit-unit apartemen lainnya.
Elemen grafis seperti panel menu minuman kopi, gambar-gambar kopi dan wallpaper bertema kopi sengaja ditempatkan di ruang keluarga dan pantri. Terdapatnya pernak-pernik seperti coffee maker dan beragam jenis cangkir kopi yang dipajang pada ruang keluarga juga turut memperkuat suasana kafe. Adapun untuk menyiasati lahan terbatas, arsitek menempatkan furnitur yang simpel dan tidak memakan banyak tempat. Contohnya sofa mungil, meja mungil dan rak-rak built-in yang dibuat menempel pada dinding.
Dari ruang keluarga, kita beralih ke kamar tidur utama. Arsitek merancang rak dan lemari built-in pada kamar tidur utama. Agar desain kamar lebih atraktif, dinding pada kamar tidur utama ini ditempel dengan wallpaper. Adapun pada kamar tidur anak dengan luas lebih kecil, arsitek merancang sebuah mezanin. Sehingga pada bagian atas digunakan untuk tempat tidur, sedangkan pada bagian bawah mezanin dapat dimanfaatkan untuk ruang belajar.
Secara keseluruhan hunian ini berhasil menampilkan konsep hunian dengan suasana kafe yang unik tetapi tetap terasa nyaman.
Lokasi : Kediaman Keluarga Bramantha Sutopo di GMR, Jakarta Utara
Arsitek : Peter Yogan Gandakusuma – Spaxious Design
Unit apartemen yang berlokasi di Gading Mediterania Residence ini memiliki beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, pantri dan kamar mandi. Agar ruang keluarga terasa lebih lega, arsitek menghilangkan fungsi ruang makan dan membuat keseluruhan ruang menjadi sebuah lounge untuk bersantai. Selain itu arsitek juga memberikan tema “Kafe” pada hunian ini. Dengan membawa suasana gaya hidup perkotaan ke dalam hunian, arsitek ingin hunian ini tampil unik dan berbeda dari unit-unit apartemen lainnya.
Elemen grafis seperti panel menu minuman kopi, gambar-gambar kopi dan wallpaper bertema kopi sengaja ditempatkan di ruang keluarga dan pantri. Terdapatnya pernak-pernik seperti coffee maker dan beragam jenis cangkir kopi yang dipajang pada ruang keluarga juga turut memperkuat suasana kafe. Adapun untuk menyiasati lahan terbatas, arsitek menempatkan furnitur yang simpel dan tidak memakan banyak tempat. Contohnya sofa mungil, meja mungil dan rak-rak built-in yang dibuat menempel pada dinding.
Dari ruang keluarga, kita beralih ke kamar tidur utama. Arsitek merancang rak dan lemari built-in pada kamar tidur utama. Agar desain kamar lebih atraktif, dinding pada kamar tidur utama ini ditempel dengan wallpaper. Adapun pada kamar tidur anak dengan luas lebih kecil, arsitek merancang sebuah mezanin. Sehingga pada bagian atas digunakan untuk tempat tidur, sedangkan pada bagian bawah mezanin dapat dimanfaatkan untuk ruang belajar.
Secara keseluruhan hunian ini berhasil menampilkan konsep hunian dengan suasana kafe yang unik tetapi tetap terasa nyaman.
Lokasi : Kediaman Keluarga Bramantha Sutopo di GMR, Jakarta Utara
Arsitek : Peter Yogan Gandakusuma – Spaxious Design
KREASI DESAIN SUITES MUTAKHIR
Tuesday, December 13th, 2011
Penulis : Imelda Anwar Fotografer : Ahkamul Hakim
Salah satu desain suites mutakhir yang inspiratif adalah Avissa Suites yang berlokasi di kawasan Karet, Jakarta Selatan yang dirancang oleh konsultan arsitektur Tridhistana. Suites setinggi enam lantai dengan luas lahan 1400 m2 ini memiliki 100 buah unit yang terdiri dari 87 buah unit standar, 12 buah unit spesial (VIP) dan 1 unit khusus untuk keluarga. Unit standar memiliki luas 30 m², sedangkan unit spesial luasnya 45 m².
Tantangan awal muncul ketika arsitek mengolah lahan untuk menempatkan massa bangunan dan membuat area parkir pada lahan yang luasnya terbatas. Garis Sepadan Bangunan (GSB) yang sempit dan jarak antarbangunan yang rapat di lingkungan menambah kesulitan bagi arsitek untuk merancang area pintu masuk (entrance). Untuk menyiasati kondisi ini, arsitek melakukan cut and fill dengan mengeruk lahan di bagian belakang dan mengolah area tersebut untuk area parkir berkapasitas 40 buah kendaraan. Sementara itu lahan bagian tengah dan bagian muka yang lebih tinggi ditata untuk area entrance yang berkesan welcoming. Area transisi yang dinaungi oleh kanopi ini menyatu dengan meja penerima tamu, area lounge untuk tamu menunggu, area tangga dan lift.
Dalam konsepnya, arsitek mengacu pada prinsip arsitektur tropis. Wujud massa bangunan menonjolkan komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis dan diberi aksen berupa bidang penyekat luar. Aplikasi bahan alami seperti batu curi, andesit, marmer dan parket kayu yang melapisi dinding serta lantai bangunan dipadukan dengan material pabrikasi seperti kusen aluminium, panel wood plank untuk secondary skin dan kaca lebar yang diberi lapisan film untuk penangkis teriknya matahari. Penataan lanskap antara lain berupa pohon kamboja dan pohon palem di muka entrance “memperlunak” tampilan bangunan dan menghadirkan kesan alami yang teduh.
Dalam mengolah ruang dalam suites, arsitek merancang ruang terbuka (void) dari lantai satu sampai atap bangunan dan diberi naungan (skylight). Area terbuka di tengah bangunan ini dilengkapi oleh kolam hias dan area duduk santai yang letaknya bersisian dengan selasar dalam. Sementara itu deretan unit suites yang menghadap ke area terbuka ini dilengkapi oleh jendela lebar. Dalam menata denah setiap lantai suites, arsitek menempatkan unit-unit spesial (VIP) di bagian muka agar mendapat pemandangan ke arah luar sedangkan unit-unit standar berderet ke arah belakang.
Naik ke lantai paling atas, arsitek menata roof top menjadi fasilitas yang dapat dipakai bersama oleh penghuni suites yaitu ruang fitness, ruang rapat, ruang sarapan dan area duduk outdoor dengan pemandangan ke arah kota. Di ruang sarapan, ditata meja dan kursi makan untuk hidangan ala buffee sedangkan area duduk outdoor dilengkapi oleh gazebo khas Bali dan kolam hias. Area ini menjadi area favorit penghuni suites untuk bersantai terutama di senja hari.
Lokasi : Avissa Suites di Kawasan Karet, Jakarta Selatan
Arsitek dan Desainer Interior : Tridhistana
Salah satu desain suites mutakhir yang inspiratif adalah Avissa Suites yang berlokasi di kawasan Karet, Jakarta Selatan yang dirancang oleh konsultan arsitektur Tridhistana. Suites setinggi enam lantai dengan luas lahan 1400 m2 ini memiliki 100 buah unit yang terdiri dari 87 buah unit standar, 12 buah unit spesial (VIP) dan 1 unit khusus untuk keluarga. Unit standar memiliki luas 30 m², sedangkan unit spesial luasnya 45 m².
Tantangan awal muncul ketika arsitek mengolah lahan untuk menempatkan massa bangunan dan membuat area parkir pada lahan yang luasnya terbatas. Garis Sepadan Bangunan (GSB) yang sempit dan jarak antarbangunan yang rapat di lingkungan menambah kesulitan bagi arsitek untuk merancang area pintu masuk (entrance). Untuk menyiasati kondisi ini, arsitek melakukan cut and fill dengan mengeruk lahan di bagian belakang dan mengolah area tersebut untuk area parkir berkapasitas 40 buah kendaraan. Sementara itu lahan bagian tengah dan bagian muka yang lebih tinggi ditata untuk area entrance yang berkesan welcoming. Area transisi yang dinaungi oleh kanopi ini menyatu dengan meja penerima tamu, area lounge untuk tamu menunggu, area tangga dan lift.
Dalam konsepnya, arsitek mengacu pada prinsip arsitektur tropis. Wujud massa bangunan menonjolkan komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis dan diberi aksen berupa bidang penyekat luar. Aplikasi bahan alami seperti batu curi, andesit, marmer dan parket kayu yang melapisi dinding serta lantai bangunan dipadukan dengan material pabrikasi seperti kusen aluminium, panel wood plank untuk secondary skin dan kaca lebar yang diberi lapisan film untuk penangkis teriknya matahari. Penataan lanskap antara lain berupa pohon kamboja dan pohon palem di muka entrance “memperlunak” tampilan bangunan dan menghadirkan kesan alami yang teduh.
Dalam mengolah ruang dalam suites, arsitek merancang ruang terbuka (void) dari lantai satu sampai atap bangunan dan diberi naungan (skylight). Area terbuka di tengah bangunan ini dilengkapi oleh kolam hias dan area duduk santai yang letaknya bersisian dengan selasar dalam. Sementara itu deretan unit suites yang menghadap ke area terbuka ini dilengkapi oleh jendela lebar. Dalam menata denah setiap lantai suites, arsitek menempatkan unit-unit spesial (VIP) di bagian muka agar mendapat pemandangan ke arah luar sedangkan unit-unit standar berderet ke arah belakang.
Naik ke lantai paling atas, arsitek menata roof top menjadi fasilitas yang dapat dipakai bersama oleh penghuni suites yaitu ruang fitness, ruang rapat, ruang sarapan dan area duduk outdoor dengan pemandangan ke arah kota. Di ruang sarapan, ditata meja dan kursi makan untuk hidangan ala buffee sedangkan area duduk outdoor dilengkapi oleh gazebo khas Bali dan kolam hias. Area ini menjadi area favorit penghuni suites untuk bersantai terutama di senja hari.
Lokasi : Avissa Suites di Kawasan Karet, Jakarta Selatan
Arsitek dan Desainer Interior : Tridhistana
Interior Klasik Ala New York
Penulis : Qisthi Jihan Fotografer : M. Ifran Nurdin
Restoran bernuansa klasik New York tahun 30-an ini mengambil setting ala suasana film Public Enemy. Di sini pengunjung disuguhkan santapan bercita rasa American Progresif. Jack Rabbit hadir dengan suasana yang terasa nyaman yang jauh dari suasana hiruk-pikuk kota Jakarta dan berada dalam area tersendiri di sudut gedung perkantoran.
Melewati pintu masuk menuju ruang utama, suasana megah terasa berkat posisi plafon yang tinggi. Dalam ruangan yang cukup luas tersebut, desain interiornya didesain dengan gaya elegan melalui konsep klasik New York yang menggambarkan suasana tempat berkumpul kaum elite pada masa lalu. Penataan ruangnya didesain dengan susunan furnitur klasik dengan nuansa atmosfer ruang yang agak “gelap”. Desain yang atraktif dengan eksplorasi tampilan material dan motif merupakan aspek yang diangkat oleh sang desainer, Willis Kusuma. Material kayu yang mendominasi, diaplikasikan dalam elemen interior seperti penggunaan lantai parket yang memberikan kesan “hangat”. Ada pula penggunaan beberapa kayu solid untuk meja makan yang berkesan rustic.
Desainer pun menghadirkan unsur modern dalam aplikasi cutting laser dengan motif pengulangan garis lengkung yang digunakan sebagai dinding pada floating mezzanine. Ruang dining restoran ini terbagi dalam empat area yaitu bar and lounge yang berada pada area depan dan dining area pada wilayah tengah. Dua area lainnya yaitu patio berupa teras belakang yang menawarkan suasana “segar” dari ruang terbuka dan floating mezzanine (mezzanine “melayang”) yang merupakan ciri khas milik Jack Rabbit.
Area bar yang berada di sisi kanan pintu masuk utama, dilengkapi dengan wine cellar dengan rak setinggi plafon sebagai latar belakangnya. Area ini pun dapat menjadi pilihan pengunjung agar dapat menikmati keahlian para bartender dengan suasana yang lebih “akrab”. Sedangkan suasana yang lebih santai dapat dirasakan pada area lounge atau patio. Adapun untuk suasana yang lebih privat dan eksklusif, pengunjung dapat memesan tempat floating mezzanine dengan kapasitas 20 orang yang dapat disekat menjadi dua ruangan.
Lokasi : Jack Rabbit Bar and Restaurant, Jakarta
Desainer Interior : Willis Kusuma
Restoran bernuansa klasik New York tahun 30-an ini mengambil setting ala suasana film Public Enemy. Di sini pengunjung disuguhkan santapan bercita rasa American Progresif. Jack Rabbit hadir dengan suasana yang terasa nyaman yang jauh dari suasana hiruk-pikuk kota Jakarta dan berada dalam area tersendiri di sudut gedung perkantoran.
Melewati pintu masuk menuju ruang utama, suasana megah terasa berkat posisi plafon yang tinggi. Dalam ruangan yang cukup luas tersebut, desain interiornya didesain dengan gaya elegan melalui konsep klasik New York yang menggambarkan suasana tempat berkumpul kaum elite pada masa lalu. Penataan ruangnya didesain dengan susunan furnitur klasik dengan nuansa atmosfer ruang yang agak “gelap”. Desain yang atraktif dengan eksplorasi tampilan material dan motif merupakan aspek yang diangkat oleh sang desainer, Willis Kusuma. Material kayu yang mendominasi, diaplikasikan dalam elemen interior seperti penggunaan lantai parket yang memberikan kesan “hangat”. Ada pula penggunaan beberapa kayu solid untuk meja makan yang berkesan rustic.
Desainer pun menghadirkan unsur modern dalam aplikasi cutting laser dengan motif pengulangan garis lengkung yang digunakan sebagai dinding pada floating mezzanine. Ruang dining restoran ini terbagi dalam empat area yaitu bar and lounge yang berada pada area depan dan dining area pada wilayah tengah. Dua area lainnya yaitu patio berupa teras belakang yang menawarkan suasana “segar” dari ruang terbuka dan floating mezzanine (mezzanine “melayang”) yang merupakan ciri khas milik Jack Rabbit.
Area bar yang berada di sisi kanan pintu masuk utama, dilengkapi dengan wine cellar dengan rak setinggi plafon sebagai latar belakangnya. Area ini pun dapat menjadi pilihan pengunjung agar dapat menikmati keahlian para bartender dengan suasana yang lebih “akrab”. Sedangkan suasana yang lebih santai dapat dirasakan pada area lounge atau patio. Adapun untuk suasana yang lebih privat dan eksklusif, pengunjung dapat memesan tempat floating mezzanine dengan kapasitas 20 orang yang dapat disekat menjadi dua ruangan.
Lokasi : Jack Rabbit Bar and Restaurant, Jakarta
Desainer Interior : Willis Kusuma
Hunian Modern di Tengah Alam
Penulis : Okita Sisy Tiara Fotografer : M. Ifran Nurdin
Sosok arsitek Alex Santoso, yang dikenal lewat garis-garis desainnya yang unik dan modern, dipercaya pemilik rumah untuk merancang huniannya. Awalnya tapak merupakan lahan kosong dalam sebuah kaveling cluster yang telah siap dibangun. Suasana hijau sudah terbentuk secara alami.
Bagian muka bangunan ini berhadapan dengan “lereng bukit” yang terjadi akibat perbedaan kontur lahan dan ditumbuhi oleh pohon-pohon flamboyan. Hal ini menciptakan suasana asri dan hijau alami di sekeliling bangunan. Karena itulah arsitek membuat area terbuka di depan massa bangunan utama. Dengan demikian sesuai dengan keinginan pemilik rumah, suasana santai pun dapat dirasakan pada hunian ini.
Dari depan, hunian yang berdiri di atas lahan seluas 45 m² ini terlihat sangat modern dengan bentuk massa bangunan yang “dekonstruktif”. Bentuk massa bangunan yang dinamis ini sesuai dengan konsep dasar hunian ini yaitu dynamic house. Arsitek merancang hunian dengan penciptaan massa bangunan dan penempatan susunan ruang yang tidak biasa. Massa bangunan utama berbentuk seperti huruf L dan membentuk sebuah ruang terbuka yang luas dengan sarana yang lengkap untuk aktivitas outdoor.
Unsur modern juga terlihat dari tata letak ruangan. Misalnya merancang area terbuka berupa taman dan kolam renang sebagai area penerima tamu sebelum masuk ke bangunan. Selain itu pengolahan massa bangunan yang berlekuk dan tidak mengikuti grid yang baku, serta atap dengan kemiringan yang berbeda juga menguatkan kesan modern dan kontemporer.
Keterbatasan lahan bangunan seluas 517 m² ini disiasati dengan membagi hunian menjadi tiga lantai. Ruang terbuka yang terdiri dari reflecting pool, jacuzzi, dan taman ini ditempatkan pada bagian depan hunian.
Salah satu hal unik pada hunian ini adalah adanya jembatan dengan rangka baja dan lantai kaca tempered laminated yang berada pada void ruang keluarga. Jembatan berangka baja ini menggunakan teknologi mutakhir. Konsep modern dan dinamis tidak hanya diterapkan pada aspek arsitektur saja, tetapi juga diterapkan pada aspek interior. Perpaduan warna hitam, abu-abu dan putih dipilih untuk interior dan furnitur.
Lokasi : Kediaman Keluarga Christian dan Frisca di Kawasan BSD, Tangerang
Arsitek : Alex Santoso
Sosok arsitek Alex Santoso, yang dikenal lewat garis-garis desainnya yang unik dan modern, dipercaya pemilik rumah untuk merancang huniannya. Awalnya tapak merupakan lahan kosong dalam sebuah kaveling cluster yang telah siap dibangun. Suasana hijau sudah terbentuk secara alami.
Bagian muka bangunan ini berhadapan dengan “lereng bukit” yang terjadi akibat perbedaan kontur lahan dan ditumbuhi oleh pohon-pohon flamboyan. Hal ini menciptakan suasana asri dan hijau alami di sekeliling bangunan. Karena itulah arsitek membuat area terbuka di depan massa bangunan utama. Dengan demikian sesuai dengan keinginan pemilik rumah, suasana santai pun dapat dirasakan pada hunian ini.
Dari depan, hunian yang berdiri di atas lahan seluas 45 m² ini terlihat sangat modern dengan bentuk massa bangunan yang “dekonstruktif”. Bentuk massa bangunan yang dinamis ini sesuai dengan konsep dasar hunian ini yaitu dynamic house. Arsitek merancang hunian dengan penciptaan massa bangunan dan penempatan susunan ruang yang tidak biasa. Massa bangunan utama berbentuk seperti huruf L dan membentuk sebuah ruang terbuka yang luas dengan sarana yang lengkap untuk aktivitas outdoor.
Unsur modern juga terlihat dari tata letak ruangan. Misalnya merancang area terbuka berupa taman dan kolam renang sebagai area penerima tamu sebelum masuk ke bangunan. Selain itu pengolahan massa bangunan yang berlekuk dan tidak mengikuti grid yang baku, serta atap dengan kemiringan yang berbeda juga menguatkan kesan modern dan kontemporer.
Keterbatasan lahan bangunan seluas 517 m² ini disiasati dengan membagi hunian menjadi tiga lantai. Ruang terbuka yang terdiri dari reflecting pool, jacuzzi, dan taman ini ditempatkan pada bagian depan hunian.
Salah satu hal unik pada hunian ini adalah adanya jembatan dengan rangka baja dan lantai kaca tempered laminated yang berada pada void ruang keluarga. Jembatan berangka baja ini menggunakan teknologi mutakhir. Konsep modern dan dinamis tidak hanya diterapkan pada aspek arsitektur saja, tetapi juga diterapkan pada aspek interior. Perpaduan warna hitam, abu-abu dan putih dipilih untuk interior dan furnitur.
Lokasi : Kediaman Keluarga Christian dan Frisca di Kawasan BSD, Tangerang
Arsitek : Alex Santoso
MENYIASATI RUMAH KANTOR DI LAHAN TERBATAS
Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin
Kediaman keluarga Agus E. Santoso ini merupakan hunian lama dengan ruangan tambahan untuk kantor yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Seiring dengan berkembangnya bisnis yang mereka jalankan, mereka membutuhkan ruangan yang lebih besar dan efisien untuk karyawan serta untuk penyimpanan barang. Dalam hal ini Agus sebagai pemilik rumah sekaligus arsitek, merenovasi bangunan yang berdiri di atas lahan dengan luas 356 m² ini menjadi home office dengan tiga lantai.
Pertimbangan pertama dalam merancang bangunan adalah pembagian ruang yang kompak. Contohnya kantor Christine yang berprofesi sebagai perancang gaun pesta didesain sesuai dengan usaha butik dan konveksi pakaian, ditempatkan di lantai dasar agar dekat dengan carport dan garasi. Area privat berupa ruang keluarga, ruang makan dan empat buah kamar tidur berada di lantai satu sedangkan area servis ditempatkan di sisi barat hunian.
Adapun kantor Agus yang digunakan untuk konsultasi desain, taman atap (roof garden) dan area hiburan berada di lantai dua. Agus juga menyiasati bentuk lahan yang mengerucut ke arah belakang dengan mengolah area “sisa” baik berbentuk segitiga maupun berbentuk sempit memanjang, menjadi bentuk terbuka sampai ke atap (lightwell dan airwell) yang dikelilingi oleh ruang dalam.
Dalam mengolah fasad bangunan, Agus memadukan antara deretan jendela kaca, teritis kotak-kotak dan dinding berfinishing cat warna earth tones. Area masuk utama sekaligus akses ke butik ditandai oleh pintu ganda dan jendela kayu jati sedangkan balkon ruang keluarga dilengkapi dengan tanaman menjuntai Canna varigata dan ekor merak. Dinding muka area servis hanya disekat oleh jalusi aluminium vertikal dan deretan pohon bambu Cendani agar fasad tampil lebih “segar”. Atapnya didesain berupa satu bidang miring dan dinding di bawah atap sengaja dibuat mundur supaya bidang atap tampil menonjol. Desain yang mengacu pada prinsip arsitektur tropis ini tidak hanya membuat rumah lebih sejuk dan hemat energi listrik tetapi juga dapat mengoptimalkan kontinuitas visual antarruang.
Beranjak ke dalam, kita akan menemui kantor yang bersifat publik, ruang-ruang privat dan area servis. Beberapa dinding di sekitar tangga didesain transparan dengan kaca buram atau berupa jendela krepyak untuk memudahkan komunikasi antaranggota keluarga melalui area void tangga.
Di lantai satu, kita akan menemui ruang tamu “mungil” yang bersisian dengan ruang keluarga. Ruang ini menyatu dengan pojok meja kerja, ruang makan dan pantri serta dilengkapi dengan ruang terbuka/void sampai ke atap (double volume), balkon dan selasar menuju ke kamar-kamar tidur di bagian belakang. Dalam mendesain ruang dalam, Agus membuat bukaan pada dinding yang memungkinkan anggota keluarga untuk berinteraksi, berkomunikasi dan untuk dapat mengontrol kegiatan di ruang manapun mereka berada. Untuk pengisi interior hunian, Agus mengombinasikan antara furnitur, aksesori lama bergaya vintage dan aksesori bergaya modern.
Lokasi : Kediaman Keluarga Agus E. Santoso dan Christine Wibowo di Semarang, Jawa Tengah
Arsitektur dan Desain Interior : Pemilik
Kediaman keluarga Agus E. Santoso ini merupakan hunian lama dengan ruangan tambahan untuk kantor yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Seiring dengan berkembangnya bisnis yang mereka jalankan, mereka membutuhkan ruangan yang lebih besar dan efisien untuk karyawan serta untuk penyimpanan barang. Dalam hal ini Agus sebagai pemilik rumah sekaligus arsitek, merenovasi bangunan yang berdiri di atas lahan dengan luas 356 m² ini menjadi home office dengan tiga lantai.
Pertimbangan pertama dalam merancang bangunan adalah pembagian ruang yang kompak. Contohnya kantor Christine yang berprofesi sebagai perancang gaun pesta didesain sesuai dengan usaha butik dan konveksi pakaian, ditempatkan di lantai dasar agar dekat dengan carport dan garasi. Area privat berupa ruang keluarga, ruang makan dan empat buah kamar tidur berada di lantai satu sedangkan area servis ditempatkan di sisi barat hunian.
Adapun kantor Agus yang digunakan untuk konsultasi desain, taman atap (roof garden) dan area hiburan berada di lantai dua. Agus juga menyiasati bentuk lahan yang mengerucut ke arah belakang dengan mengolah area “sisa” baik berbentuk segitiga maupun berbentuk sempit memanjang, menjadi bentuk terbuka sampai ke atap (lightwell dan airwell) yang dikelilingi oleh ruang dalam.
Dalam mengolah fasad bangunan, Agus memadukan antara deretan jendela kaca, teritis kotak-kotak dan dinding berfinishing cat warna earth tones. Area masuk utama sekaligus akses ke butik ditandai oleh pintu ganda dan jendela kayu jati sedangkan balkon ruang keluarga dilengkapi dengan tanaman menjuntai Canna varigata dan ekor merak. Dinding muka area servis hanya disekat oleh jalusi aluminium vertikal dan deretan pohon bambu Cendani agar fasad tampil lebih “segar”. Atapnya didesain berupa satu bidang miring dan dinding di bawah atap sengaja dibuat mundur supaya bidang atap tampil menonjol. Desain yang mengacu pada prinsip arsitektur tropis ini tidak hanya membuat rumah lebih sejuk dan hemat energi listrik tetapi juga dapat mengoptimalkan kontinuitas visual antarruang.
Beranjak ke dalam, kita akan menemui kantor yang bersifat publik, ruang-ruang privat dan area servis. Beberapa dinding di sekitar tangga didesain transparan dengan kaca buram atau berupa jendela krepyak untuk memudahkan komunikasi antaranggota keluarga melalui area void tangga.
Di lantai satu, kita akan menemui ruang tamu “mungil” yang bersisian dengan ruang keluarga. Ruang ini menyatu dengan pojok meja kerja, ruang makan dan pantri serta dilengkapi dengan ruang terbuka/void sampai ke atap (double volume), balkon dan selasar menuju ke kamar-kamar tidur di bagian belakang. Dalam mendesain ruang dalam, Agus membuat bukaan pada dinding yang memungkinkan anggota keluarga untuk berinteraksi, berkomunikasi dan untuk dapat mengontrol kegiatan di ruang manapun mereka berada. Untuk pengisi interior hunian, Agus mengombinasikan antara furnitur, aksesori lama bergaya vintage dan aksesori bergaya modern.
Lokasi : Kediaman Keluarga Agus E. Santoso dan Christine Wibowo di Semarang, Jawa Tengah
Arsitektur dan Desain Interior : Pemilik
Archive for the ‘Komunitas’ Category
The Lesson Learn ARCHITECTOUR 2009 di Bali
Oleh : Viva Rahwidhiyasa Fotografer : Didan Sardjono
Bambu merupakan material lokal yang
potensial untuk dikembangkan. Selain eksotis, bambu juga memiliki
karakter fisik yang kuat dengan kelenturan yang tinggi sehingga layak
digunakan untuk elemen struktural dan non struktural pada bangunan.
Di Indonesia bangunan yang terbuat dari bambu identik dengan bangunan
sederhana dan erat kaitannya dengan yang “berbau” tradisional.
Eksplorasi bambu dalam aplikasi desain modern sudah banyak dilakukan
tetapi belum memasyarakat secara luas. Namun, beberapa arsitek lokal
telah meraih sukses dengan karya spektakuler tingkat dunia karena
berhasil bereksplorasi dengan bambu untuk karya desainnya. Eksplorasi
bambu pada dunia desain dan arsitektur menjadi satu alternatif untuk
mewujudkan spirit lokal. Desain yang berspirit lokal ini merupakan suatu
bentuk nyata dalam upaya gerakan hemat energi yang menciptakan
perancangan berorientasi pada alam. Hal di atas mengejawantah pada
acara field seminar Green Design ARCHITECTOUR 2009 yang diselenggarakan
oleh Green Design Community dan Majalah Griya Asri didukung oleh Ikatan
Arsitek Indonesia (IAI) daerah Bali yang berlangsung dari tanggal 27 –
30 Oktober 2009 di Bali.GREEN DESIGN AWARD 2009
Penulis : Viva Rahwidhiyasa Fotografer : Ahkamul hakim
Green Design Award 2009 yang diselenggarakan oleh majalah Griya Asri merupakan sebuah langkah ke depan sebagai bentuk komitmen MGA kepada pembaca setia MGA. Karya-karya “green” untuk senantiasa memberi inspirasi akan segala hal yang menunjang kehidupan yang lebih berorientasi pada perancangan ramah lingkungan (inspiring eco living). Penghargaan ini juga kami tujukan kepada perancang dan pemilik rumah karena sudah selangkah lebih maju dengan memulai aksi membuat sebuah karya berkonsep green.
Karya-karya terbaik yang telah hadir mengisi MGA mulai dari edisi Januari 2008 hingga Oktober 2009 diseleksi oleh tim juri yang terdiri dari arsitek Budi Sukada dan Priandono Nurhadi, serta arsitek lanskap Nirwono Joga. Ketiganya merupakan profesional di bidangnya yang tidak perlu diragukan lagi kiprah dan komitmennya terhadap profesinya.
Archive for the ‘Katalog’ Category
Aksi Cantik Single Chair
Penulis: Tika Bharly / Fotografer: M. Ifran Nurdin
Jenis furnitur yang satu ini hampir selalu muncul sebagai detail yang penting dalam penataan sebuah interior ruangan. Mulai dari foyer, ruangan tamu, ruangan duduk, kamar tidur, sampai area lounge dan teras, pasti terasa tak lengkap tanpanya. Kehadiran furnitur ini senantiasa penting, baik sebagai tempat duduk-duduk bersantai dan tempat bercengkerama, maupun sebagai elemen menarik yang turut menghidupkan tampilan ruangan. Kursi tunggal (single chair), menjadi salah satu furnitur yang sering diidentikkan dengan sebuah perpaduan kenyamanan dan keindahan. Di bawah ini ditampilkan contoh single chair yang elegan.
1. Leonardo Wing Chair
Keanggunan yang penuh wibawa dari bentuk kursi klasik berukuran besar diperhalus dengan bahan cantik berwarna kelabu yang lembut.
Harga: Rp6.360.000,00
Archive for the ‘Liputan Utama’ Category
NATURAL KONTEMPORER
Penulis : Imelda Anwar Fotografer : Ahkamul Hakim
Rancangan hunian seluas 1083 m2 yang berlokasi di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan ini merupakan karya arsitek Esty Herasari. Pada tahap awal, arsitek mengolah potensi lahan yang memiliki bentuk memanjang dan semakin luas ke arah belakang/ngantong, dengan cara menerapkan prinsip arsitektur tropis dalam rancangan hunian. Lantai dasar hunian setinggi dua lantai ini hanya menempati sebagian dari luas lahan agar tercipta halaman samping dan halaman belakang yang luas untuk taman, area duduk terbuka, kolam renang dan gudang.
Massa bangunan ditempatkan di tengah kaveling dengan wujud massa bangunan yang didominasi oleh komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap bangunan kubus terdiri dari susunan dinding masif, bukaan lebar dan teritis simpel. Bangunan kubus yang berada di lantai atas diatur mundur (set back) untuk menonjolkan “permainan” tiga dimensi yang atraktif pada hunian.
Tantangan muncul ketika arsitek harus mengacu ke referensi dari ahli hongshui, Akinno W. Azarro. Menurut perhitungan sang ahli, pintu utama hunian sebaiknya tidak menghadap ke jalan di muka hunian dan harus terdapat unsur air di muka pintu tersebut. Untuk menyiasatinya, arsitek meninggikan sebagian dari halaman muka dan menempatkan posisi pintu utama agak miring ke arah barat laut. Untuk memberikan ”pengalaman” ruang nan unik, arsitek menghias area pintu masuk (entrance) dengan tiga buah tiang dekoratif berlapis homogeneous tile bercorak seperti batu alam dan dipadu dengan kanopi yang terbuat dari beton serta kaca. Beberapa bidang dinding pada tampak muka dan belakang rumah dilapisi oleh batu alam sebagai aksen diantara dominasi finishing cat. Arsitek juga menempatkan kolam ikan mengelilingi teras depan dan terdapat air mancur di pojok kolam. Penataan lanskap diantaranya berupa pohon Weeping willow di muka entrance yang “memperlunak” tampilan hunian dan menghadirkan kesan alami yang menyejukkan pada hunian ini.
Memasuki pintu utama, arsitek menata area foyer yang tersambung dengan koridor menuju ke tengah hunian. Area sirkulasi yang cenderung tertutup ini menjadi lebih lebar dari biasanya. Untuk menyiasati hal ini, arsitek mengolah koridor menjadi galeri pada dindingnya ditambahkan panel dekoratif untuk menggantungkan lukisan koleksi pemilik rumah dan plafonnya dilengkapi dengan lampu sorot. Arsitek merancang susunan/flow ruang yang terbuka dan “mengalir” sehingga tercipta kesan lapang.
Arsitek juga menerapkan banyak jenis material alami dalam hunian ini seperti batu marmer untuk pelapis lantai ruang keluarga berkumpul dan batu onyx untuk pelapis lantai kamar tidur. Yang unik adalah deretan kolom pada tampak belakang hunian yang sebagian dilapisi oleh batu alam dan berpadu harmonis dengan kanopi dari kerangka baja dan kaca.
Lokasi : Rumah Tinggal di Permata Hijau, Jakarta Selatan
Konsultan Arsitektur : Esty Herasari dari Estee Architect Associate
Kontraktor : Wina dan Ir. Irwan Jonathan
Pakar Hongshui : Akinno W. Azarro
Aksesori : Sebagian dari Koleksi Vinoti Living dan Brio VL, Jakarta
Rancangan hunian seluas 1083 m2 yang berlokasi di kawasan Permata Hijau, Jakarta Selatan ini merupakan karya arsitek Esty Herasari. Pada tahap awal, arsitek mengolah potensi lahan yang memiliki bentuk memanjang dan semakin luas ke arah belakang/ngantong, dengan cara menerapkan prinsip arsitektur tropis dalam rancangan hunian. Lantai dasar hunian setinggi dua lantai ini hanya menempati sebagian dari luas lahan agar tercipta halaman samping dan halaman belakang yang luas untuk taman, area duduk terbuka, kolam renang dan gudang.
Massa bangunan ditempatkan di tengah kaveling dengan wujud massa bangunan yang didominasi oleh komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap bangunan kubus terdiri dari susunan dinding masif, bukaan lebar dan teritis simpel. Bangunan kubus yang berada di lantai atas diatur mundur (set back) untuk menonjolkan “permainan” tiga dimensi yang atraktif pada hunian.
Tantangan muncul ketika arsitek harus mengacu ke referensi dari ahli hongshui, Akinno W. Azarro. Menurut perhitungan sang ahli, pintu utama hunian sebaiknya tidak menghadap ke jalan di muka hunian dan harus terdapat unsur air di muka pintu tersebut. Untuk menyiasatinya, arsitek meninggikan sebagian dari halaman muka dan menempatkan posisi pintu utama agak miring ke arah barat laut. Untuk memberikan ”pengalaman” ruang nan unik, arsitek menghias area pintu masuk (entrance) dengan tiga buah tiang dekoratif berlapis homogeneous tile bercorak seperti batu alam dan dipadu dengan kanopi yang terbuat dari beton serta kaca. Beberapa bidang dinding pada tampak muka dan belakang rumah dilapisi oleh batu alam sebagai aksen diantara dominasi finishing cat. Arsitek juga menempatkan kolam ikan mengelilingi teras depan dan terdapat air mancur di pojok kolam. Penataan lanskap diantaranya berupa pohon Weeping willow di muka entrance yang “memperlunak” tampilan hunian dan menghadirkan kesan alami yang menyejukkan pada hunian ini.
Memasuki pintu utama, arsitek menata area foyer yang tersambung dengan koridor menuju ke tengah hunian. Area sirkulasi yang cenderung tertutup ini menjadi lebih lebar dari biasanya. Untuk menyiasati hal ini, arsitek mengolah koridor menjadi galeri pada dindingnya ditambahkan panel dekoratif untuk menggantungkan lukisan koleksi pemilik rumah dan plafonnya dilengkapi dengan lampu sorot. Arsitek merancang susunan/flow ruang yang terbuka dan “mengalir” sehingga tercipta kesan lapang.
Arsitek juga menerapkan banyak jenis material alami dalam hunian ini seperti batu marmer untuk pelapis lantai ruang keluarga berkumpul dan batu onyx untuk pelapis lantai kamar tidur. Yang unik adalah deretan kolom pada tampak belakang hunian yang sebagian dilapisi oleh batu alam dan berpadu harmonis dengan kanopi dari kerangka baja dan kaca.
Lokasi : Rumah Tinggal di Permata Hijau, Jakarta Selatan
Konsultan Arsitektur : Esty Herasari dari Estee Architect Associate
Kontraktor : Wina dan Ir. Irwan Jonathan
Pakar Hongshui : Akinno W. Azarro
Aksesori : Sebagian dari Koleksi Vinoti Living dan Brio VL, Jakarta
BEREKSPERIMEN DENGAN MATERIAL DAN RUANG
Penulis : Imelda Anwar
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Keunikan hunian ini terletak pada eksplorasi material mutakhir, komposisi bentuk geometris nan simpel dan susunan ruang transparan sehingga memberikan kenyamanan dan dapat mengekspresikan diri pemiliknya. Konsep hunian keluarga Lie Hoksan berawal dari keinginannya untuk memiliki posisi kamar tidur yang berdekatan dengan letak area berkumpul keluarga seperti ruang duduk dan ruang makan, sehingga mudah diakses dan efisien. Untuk mewujudkannya, ia percayakan kepada tim arsitek Ronald Pallencaoe dan Erick Laurentius S. dari konsultan Pranala untuk mengembangkan rancangan mereka pada kaveling seluas 528 m2.
KONSEP ARSITEKTUR
Pada tahap awal, arsitek mengolah kontur lahan yang semakin tinggi sampai 2,5 m dari jalan ke arah belakang, dengan cara cut and fill, menjadi semibasemen untuk garasi dan area servis. Wujud massa bangunan didominasi oleh komposisi kubus geometris yang “lugas” dan diatur saling maju-mundur secara dinamis. Pada fasad, serangkaian tangga dengan kolam hias dan tanaman air memberikan kesan welcoming ketika tamu menuju ke beranda. Bagian tengah dinding pintu masuk (entrance) diatur mundur (set back) dan dibuat dari material transparan berupa kaca lebar yang diapit oleh dinding masif sehingga menegaskan “permainan” tiga dimensi yang atraktif.
Sesuai dengan keinginan pemilik rumah, lantai satu ditata untuk area semiprivat seperti pantri, ruang makan dan ruang duduk tanpa dinding penyekat serta bersisian dengan area tangga, ruang kerja dan kamar tidur utama. Area ini merupakan pusat kegiatan sehari-hari sekaligus tempat untuk menjamu kerabat pemilik rumah, sedangkan lantai dua ditata untuk kamar tidur tamu dan home theater. Untuk memaksimalkan kontinuitas visual antara ruang dalam dan lingkungan sekaligus memaksimalkan masuknya cahaya alami, dinding belakang rumah terutama di lantai satu, didominasi oleh pintu kaca lipat geser yang dapat dibuka baik ke arah selatan maupun ke arah timur.
EKSPERIMEN STRUKTUR
Berbeda dari konstruksi hunian umumnya, deretan pintu kaca tersebut tidak terhalang oleh kehadiran kolom struktural di pojok bangunan. Hal ini merupakan hasil eksperimen arsitek untuk memindahkan beban struktural dari kolom bangunan di lantai satu ataupun di lantai dua ke deretan tiang besi iwf di lantai dua dan sepasang kolom besi beton yang mencuat ke tengah halaman belakang. Ruang duduk yang disekat dengan deretan pintu kaca terhadap teras belakang ini juga dilengkapi dengan void menerus sampai plafon lantai dua.
Terobosan lain yang berhasil dilakukan oleh tim arsitek adalah struktur tangga. Setiap anak tangga terbuat dari kayu solid sepanjang 1,2 m, kemudian ditanam ke dalam dinding dengan sistem kantilever/gantung sehingga tidak bergetar ataupun bergoyang ketika dilewati. Dinding area tangga juga dilapisi oleh veneer bermotif serat kayu dengan warna yang lebih gelap, sedangkan dinding luarnya dari kaca yang lebar sehingga area ini menjadi elemen kuat dalam bangunan.
Upaya lain adalah pembuatan dinding double brick dan jalusi kayu di kamar tidur utama untuk mengurangi panas matahari. Arsitek juga banyak mengekspos dan memadupadankan warna serta tekstur material pabrikasi dan material alami secara kontras. Misalnya paduan batu curi dan batu basalto yang berwarna gelap dan bertekstur kasar dengan marmer jenis travertine ataupun serpegiante yang berserat eksotik dan memiliki permukaan licin.
Lokasi : Kediaman Keluarga Lie Hoksan di Bandung, Jawa Barat
Arsitektur dan Interior : Ronald Pallencaoe dan Erick Laurentius S. dari Konsultan Pranala
(more…)
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Keunikan hunian ini terletak pada eksplorasi material mutakhir, komposisi bentuk geometris nan simpel dan susunan ruang transparan sehingga memberikan kenyamanan dan dapat mengekspresikan diri pemiliknya. Konsep hunian keluarga Lie Hoksan berawal dari keinginannya untuk memiliki posisi kamar tidur yang berdekatan dengan letak area berkumpul keluarga seperti ruang duduk dan ruang makan, sehingga mudah diakses dan efisien. Untuk mewujudkannya, ia percayakan kepada tim arsitek Ronald Pallencaoe dan Erick Laurentius S. dari konsultan Pranala untuk mengembangkan rancangan mereka pada kaveling seluas 528 m2.
KONSEP ARSITEKTUR
Pada tahap awal, arsitek mengolah kontur lahan yang semakin tinggi sampai 2,5 m dari jalan ke arah belakang, dengan cara cut and fill, menjadi semibasemen untuk garasi dan area servis. Wujud massa bangunan didominasi oleh komposisi kubus geometris yang “lugas” dan diatur saling maju-mundur secara dinamis. Pada fasad, serangkaian tangga dengan kolam hias dan tanaman air memberikan kesan welcoming ketika tamu menuju ke beranda. Bagian tengah dinding pintu masuk (entrance) diatur mundur (set back) dan dibuat dari material transparan berupa kaca lebar yang diapit oleh dinding masif sehingga menegaskan “permainan” tiga dimensi yang atraktif.
Sesuai dengan keinginan pemilik rumah, lantai satu ditata untuk area semiprivat seperti pantri, ruang makan dan ruang duduk tanpa dinding penyekat serta bersisian dengan area tangga, ruang kerja dan kamar tidur utama. Area ini merupakan pusat kegiatan sehari-hari sekaligus tempat untuk menjamu kerabat pemilik rumah, sedangkan lantai dua ditata untuk kamar tidur tamu dan home theater. Untuk memaksimalkan kontinuitas visual antara ruang dalam dan lingkungan sekaligus memaksimalkan masuknya cahaya alami, dinding belakang rumah terutama di lantai satu, didominasi oleh pintu kaca lipat geser yang dapat dibuka baik ke arah selatan maupun ke arah timur.
EKSPERIMEN STRUKTUR
Berbeda dari konstruksi hunian umumnya, deretan pintu kaca tersebut tidak terhalang oleh kehadiran kolom struktural di pojok bangunan. Hal ini merupakan hasil eksperimen arsitek untuk memindahkan beban struktural dari kolom bangunan di lantai satu ataupun di lantai dua ke deretan tiang besi iwf di lantai dua dan sepasang kolom besi beton yang mencuat ke tengah halaman belakang. Ruang duduk yang disekat dengan deretan pintu kaca terhadap teras belakang ini juga dilengkapi dengan void menerus sampai plafon lantai dua.
Terobosan lain yang berhasil dilakukan oleh tim arsitek adalah struktur tangga. Setiap anak tangga terbuat dari kayu solid sepanjang 1,2 m, kemudian ditanam ke dalam dinding dengan sistem kantilever/gantung sehingga tidak bergetar ataupun bergoyang ketika dilewati. Dinding area tangga juga dilapisi oleh veneer bermotif serat kayu dengan warna yang lebih gelap, sedangkan dinding luarnya dari kaca yang lebar sehingga area ini menjadi elemen kuat dalam bangunan.
Upaya lain adalah pembuatan dinding double brick dan jalusi kayu di kamar tidur utama untuk mengurangi panas matahari. Arsitek juga banyak mengekspos dan memadupadankan warna serta tekstur material pabrikasi dan material alami secara kontras. Misalnya paduan batu curi dan batu basalto yang berwarna gelap dan bertekstur kasar dengan marmer jenis travertine ataupun serpegiante yang berserat eksotik dan memiliki permukaan licin.
Lokasi : Kediaman Keluarga Lie Hoksan di Bandung, Jawa Barat
Arsitektur dan Interior : Ronald Pallencaoe dan Erick Laurentius S. dari Konsultan Pranala
(more…)
KONSEP MUTUALISME
Penulis : Imelda Anwar dan Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : Ahkamul Hakim
Sebuah produk arsitektur hendaknya tidak hanya didesain untuk menjadi lebih baik atau lebih indah tetapi juga berkelanjutan (sustainable). Inilah pemikiran arsitek Budi Pradono yang terwujud pada karya terbarunya yang diberi nama R-House.
Pemikiran Budi rupanya sejalan dengan pemikiran pemilik rumah, Roni Aidil dan terealisasi dalam desain hunian keluarga Roni yang berlokasi di Tanah Baru, Depok. Desain hunian ini mengutamakan konsep mutualisme, yang artinya menciptakan kebersamaan antara pemilik rumah dengan tetangga sehingga saling menguntungkan. Mengacu kepada konsep desain ini, arsitek memadukan antara potensi dari kontur lahan, pergerakan cahaya matahari dan unsur air dengan pengolahan bentuk dan susunan ruang, detail konstruksi sampai desain interior hunian.
DESAIN ARSITEKTUR DAN INTERIOR
Dilihat dari kondisinya, lahan dengan luas 1701 m² ini berbentuk tidak beraturan dan terbagi menjadi dua bagian dengan luas dan ketinggian lahan yang berbeda. Bagian muka lahan merupakan kaveling standar kompleks dengan lebar 8 m dan kontur tanah yang landai. Bagian belakang lahannya berbentuk mengantong dengan kontur tanah lebih tinggi sampai 3 m dari kontur tanah di sekitarnya. Berdasarkan kondisi ini, arsitek memanfaatkan seluruh bagian muka lahan untuk ruang-ruang publik seperti ruang tamu, kamar tidur tamu dan garasi sedangkan bagian belakang lahan hanya dibangun sebagian untuk area privat. Halaman belakang yang luas diolah menjadi taman dan kolam renang, sedangkan area transisi diantara bagian muka dan bagian belakang hunian didesain berupa inner courtyard semiterbuka.
Lantai atas bangunan didesain berupa beranda lengkap dengan seperangkat kursi khas Betawi untuk menerima tamu yang dapat diakses melalui tangga luar. Adapun lantai bawah dibuat transparan untuk garasi dan tangga ramp, yang merupakan akses bersifat privat menuju ke ruang dalam hunian sekaligus penghubung kontur tanah yang ekstrem. Di area transisi ini, arsitek lebih banyak menerapkan material dan finishing yang mutakhir seperti balok dan lantai berlapis acian semen yang dipadu dengan bahan alami seperti lantai dan sebagian dinding yang berlapis batu andesit serta kusen dan daun pintu dari kayu.
Yang unik dari area transisi ini adalah naungan yang terbuat dari logam berlubang-lubang (perforated metal) kecil yang dibiarkan terbuka serta beberapa lubang aksentuasi berbentuk elips besar yang ditutup kaca transparan. Arsitek ingin menghadirkan “permainan” bayang-bayang (shadow) dari cahaya matahari yang menerangi area ini dan memaksimalkan sirkulasi udara segar ke dalam area. Pendekatan desain yang serupa juga diterapkan pada naungan di muka kamar tidur utama dan pada skylight di selasar dalam hunian sehingga penghuni rumah dapat merasakan perubahan cuaca dari waktu pagi sampai senja hari.
Beranjak ke bagian belakang hunian, suasananya tampil lebih “cair” dan berkesan futuristik. Massa bangunan ini terdiri dari tiga blok. Blok yang paling besar tersambung dengan area transisi dan didesain agak tertutup sedangkan dua blok lainnya ditata “menjorok” ke halaman belakang dengan posisi saling tegak lurus dan bersisian dengan kolam renang.
Yang unik dari desain bagian belakang di hunian ini adalah pengolahan unsur air dalam desain sehingga memberikan kesan sejuk dalam ruangan. Berbeda dari umumnya, arsitek menempatkan kolam ikan beragam ukuran di dalam ataupun di tepi bangunan sedangkan kolam renang berada di halaman belakang. Hasilnya, apabila dilihat dari denah, hunian dengan luas terbangun 796 m² ini seolah-olah “terapung” (floating) di atas “danau”. Hal ini sesuai dengan hobi pemilik rumah yang senang bertualang atau ingin mencoba hal baru.
Lokasi : Kediaman Keluarga Roni Aidil (R-House) di Kawasan Tanah Baru, Depok
Konsultan Arsitektur dan Interior : Budi Pradono dari Budi Pradono Architects
Fotografer : Ahkamul Hakim
Sebuah produk arsitektur hendaknya tidak hanya didesain untuk menjadi lebih baik atau lebih indah tetapi juga berkelanjutan (sustainable). Inilah pemikiran arsitek Budi Pradono yang terwujud pada karya terbarunya yang diberi nama R-House.
Pemikiran Budi rupanya sejalan dengan pemikiran pemilik rumah, Roni Aidil dan terealisasi dalam desain hunian keluarga Roni yang berlokasi di Tanah Baru, Depok. Desain hunian ini mengutamakan konsep mutualisme, yang artinya menciptakan kebersamaan antara pemilik rumah dengan tetangga sehingga saling menguntungkan. Mengacu kepada konsep desain ini, arsitek memadukan antara potensi dari kontur lahan, pergerakan cahaya matahari dan unsur air dengan pengolahan bentuk dan susunan ruang, detail konstruksi sampai desain interior hunian.
DESAIN ARSITEKTUR DAN INTERIOR
Dilihat dari kondisinya, lahan dengan luas 1701 m² ini berbentuk tidak beraturan dan terbagi menjadi dua bagian dengan luas dan ketinggian lahan yang berbeda. Bagian muka lahan merupakan kaveling standar kompleks dengan lebar 8 m dan kontur tanah yang landai. Bagian belakang lahannya berbentuk mengantong dengan kontur tanah lebih tinggi sampai 3 m dari kontur tanah di sekitarnya. Berdasarkan kondisi ini, arsitek memanfaatkan seluruh bagian muka lahan untuk ruang-ruang publik seperti ruang tamu, kamar tidur tamu dan garasi sedangkan bagian belakang lahan hanya dibangun sebagian untuk area privat. Halaman belakang yang luas diolah menjadi taman dan kolam renang, sedangkan area transisi diantara bagian muka dan bagian belakang hunian didesain berupa inner courtyard semiterbuka.
Lantai atas bangunan didesain berupa beranda lengkap dengan seperangkat kursi khas Betawi untuk menerima tamu yang dapat diakses melalui tangga luar. Adapun lantai bawah dibuat transparan untuk garasi dan tangga ramp, yang merupakan akses bersifat privat menuju ke ruang dalam hunian sekaligus penghubung kontur tanah yang ekstrem. Di area transisi ini, arsitek lebih banyak menerapkan material dan finishing yang mutakhir seperti balok dan lantai berlapis acian semen yang dipadu dengan bahan alami seperti lantai dan sebagian dinding yang berlapis batu andesit serta kusen dan daun pintu dari kayu.
Yang unik dari area transisi ini adalah naungan yang terbuat dari logam berlubang-lubang (perforated metal) kecil yang dibiarkan terbuka serta beberapa lubang aksentuasi berbentuk elips besar yang ditutup kaca transparan. Arsitek ingin menghadirkan “permainan” bayang-bayang (shadow) dari cahaya matahari yang menerangi area ini dan memaksimalkan sirkulasi udara segar ke dalam area. Pendekatan desain yang serupa juga diterapkan pada naungan di muka kamar tidur utama dan pada skylight di selasar dalam hunian sehingga penghuni rumah dapat merasakan perubahan cuaca dari waktu pagi sampai senja hari.
Beranjak ke bagian belakang hunian, suasananya tampil lebih “cair” dan berkesan futuristik. Massa bangunan ini terdiri dari tiga blok. Blok yang paling besar tersambung dengan area transisi dan didesain agak tertutup sedangkan dua blok lainnya ditata “menjorok” ke halaman belakang dengan posisi saling tegak lurus dan bersisian dengan kolam renang.
Yang unik dari desain bagian belakang di hunian ini adalah pengolahan unsur air dalam desain sehingga memberikan kesan sejuk dalam ruangan. Berbeda dari umumnya, arsitek menempatkan kolam ikan beragam ukuran di dalam ataupun di tepi bangunan sedangkan kolam renang berada di halaman belakang. Hasilnya, apabila dilihat dari denah, hunian dengan luas terbangun 796 m² ini seolah-olah “terapung” (floating) di atas “danau”. Hal ini sesuai dengan hobi pemilik rumah yang senang bertualang atau ingin mencoba hal baru.
Lokasi : Kediaman Keluarga Roni Aidil (R-House) di Kawasan Tanah Baru, Depok
Konsultan Arsitektur dan Interior : Budi Pradono dari Budi Pradono Architects
HARMONISASI DENGAN ALAM
Penulis : Imelda Anwar
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Javaplant yang berlokasi di kawasan perbukitan di Tawangmangu, Jawa Tengah ini merupakan perusahaan yang khusus memproduksi ekstrak hasil alam (botanical extraction) di Indonesia seperti daun teh, biji kopi, bumbu dan aneka herbal. Rancangan kantor dan laboratorium yang dibangun empat tahun lalu ini, dipercayakan kepada arsitek Andra Matin, sedangkan desain interior dan rancangan pabriknya dipercayakan kepada tim intern Javaplant.
Mengacu pada konsep modern tropis, rancangan bangunan di kompleks Javaplant memadukan bahan alami dengan material mutakhir di samping memanfaatkan potensi lingkungan sekitarnya. Pada tahap awal, arsitek menata posisi bangunan dan jalur sirkulasi baik sirkulasi untuk orang maupun untuk barang yang efisien. Dua bangunan yaitu kantor dan laboratorium, ditata dalam formasi saling tegak lurus menyerupai huruf L. Bangunan kantor yang hanya satu lantai ditandai oleh atap model pelana sedangkan bangunan pabrik yang terdiri dari dua lantai, ditutup oleh sebidang atap miring.
Dalam pengolahan lahan dan bangunan, arsitek memasukkan unsur air yang berefek menenangkan dengan cara membuat kolam ikan koi di bagian belakang bangunan kantor utama dan di bagian muka kantor pemasaran. Kolam ini dibuat mengelilingi kantor bahkan bangunannya, seolah-olah menjorok di atas permukaan kolam sehingga menarik perhatian (eye catcher) orang yang datang.
Pada tahap selanjutnya, arsitek menerapkan susunan ruang linier pada bangunan kantor dengan jalur sirkulasi di tengah dan diapit oleh deretan ruang kerja staf. Bagian muka kantor ditata untuk area penerima tamu dan bagian belakang untuk ruang rapat serta ruang pimpinan. Untuk layout laboratorium, susunan ruangnya dirancang linier tetapi jalur sirkulasi berada di sisi bangunan yang bersebelahan dengan jalan agar kegiatan dalam laboratorium tidak terganggu.
Sesuai dengan prinsip arsitektur tropis, sebagian dinding luar bangunan kantor ataupun laboratorium dirancang secara transparan berupa jendela kaca lebar, skylight di atap dan deretan lubang udara di bawah atap. Konsep berbasis indoor-outdoor ini juga memaksimalkan masuknya cahaya alami dan memaksimalkan sirkulasi udara serta terdapat kontinuitas visual antarruang dengan orientasi ke arah luar sehingga memberikan kesan “merangkul” alam ke dalam bangunan. Kesan modern ditonjolkan melalui tiang balok strukural dari baja beton dan rangka kayu atap yang diekspos. Bagian tengah/nok atap kantor sengaja ditutup oleh bahan transparan agar ruang dalam senantiasa terang secara alami.
Selain itu sebuah detail pada fasad bangunan dan tampak belakang laboratorium didesain menyerupai “anjungan” dengan posisi menjorok ke luar dari dinding. “Anjungan” ini hanya disekat oleh dinding kaca mulai dari lantai sampai plafon agar memberikan pemandangan lepas ke arah sekitarnya. Yang menjadi ciri khas dari kompleks Javaplant ini adalah dinding pengisi bangunan yang terdiri dari dua macam material yaitu susunan batu bata dengan acian halus dan beton. Dinding batu bata ini diolah secara kreatif, misalnya diantara susunan bata sengaja dibuat lubang-lubang untuk mengalirkan udara sejuk ke dalam ruang. Pada siang hari, cahaya yang masuk melalui lubang diantara batu bata tersebut menghasilkan bayang-bayang berbentuk garis ataupun titik-titik sehingga tercipta “permainan” bayangan yang dinamis.
Lokasi : Kantor dan Laboratorium Javaplant di Tawangmangu, Surakarta, Jawa Tengah
Pemilik : PT Tri Rahardja dari Deltomed Grup
Arsitektur : Andra Matin
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Javaplant yang berlokasi di kawasan perbukitan di Tawangmangu, Jawa Tengah ini merupakan perusahaan yang khusus memproduksi ekstrak hasil alam (botanical extraction) di Indonesia seperti daun teh, biji kopi, bumbu dan aneka herbal. Rancangan kantor dan laboratorium yang dibangun empat tahun lalu ini, dipercayakan kepada arsitek Andra Matin, sedangkan desain interior dan rancangan pabriknya dipercayakan kepada tim intern Javaplant.
Mengacu pada konsep modern tropis, rancangan bangunan di kompleks Javaplant memadukan bahan alami dengan material mutakhir di samping memanfaatkan potensi lingkungan sekitarnya. Pada tahap awal, arsitek menata posisi bangunan dan jalur sirkulasi baik sirkulasi untuk orang maupun untuk barang yang efisien. Dua bangunan yaitu kantor dan laboratorium, ditata dalam formasi saling tegak lurus menyerupai huruf L. Bangunan kantor yang hanya satu lantai ditandai oleh atap model pelana sedangkan bangunan pabrik yang terdiri dari dua lantai, ditutup oleh sebidang atap miring.
Dalam pengolahan lahan dan bangunan, arsitek memasukkan unsur air yang berefek menenangkan dengan cara membuat kolam ikan koi di bagian belakang bangunan kantor utama dan di bagian muka kantor pemasaran. Kolam ini dibuat mengelilingi kantor bahkan bangunannya, seolah-olah menjorok di atas permukaan kolam sehingga menarik perhatian (eye catcher) orang yang datang.
Pada tahap selanjutnya, arsitek menerapkan susunan ruang linier pada bangunan kantor dengan jalur sirkulasi di tengah dan diapit oleh deretan ruang kerja staf. Bagian muka kantor ditata untuk area penerima tamu dan bagian belakang untuk ruang rapat serta ruang pimpinan. Untuk layout laboratorium, susunan ruangnya dirancang linier tetapi jalur sirkulasi berada di sisi bangunan yang bersebelahan dengan jalan agar kegiatan dalam laboratorium tidak terganggu.
Sesuai dengan prinsip arsitektur tropis, sebagian dinding luar bangunan kantor ataupun laboratorium dirancang secara transparan berupa jendela kaca lebar, skylight di atap dan deretan lubang udara di bawah atap. Konsep berbasis indoor-outdoor ini juga memaksimalkan masuknya cahaya alami dan memaksimalkan sirkulasi udara serta terdapat kontinuitas visual antarruang dengan orientasi ke arah luar sehingga memberikan kesan “merangkul” alam ke dalam bangunan. Kesan modern ditonjolkan melalui tiang balok strukural dari baja beton dan rangka kayu atap yang diekspos. Bagian tengah/nok atap kantor sengaja ditutup oleh bahan transparan agar ruang dalam senantiasa terang secara alami.
Selain itu sebuah detail pada fasad bangunan dan tampak belakang laboratorium didesain menyerupai “anjungan” dengan posisi menjorok ke luar dari dinding. “Anjungan” ini hanya disekat oleh dinding kaca mulai dari lantai sampai plafon agar memberikan pemandangan lepas ke arah sekitarnya. Yang menjadi ciri khas dari kompleks Javaplant ini adalah dinding pengisi bangunan yang terdiri dari dua macam material yaitu susunan batu bata dengan acian halus dan beton. Dinding batu bata ini diolah secara kreatif, misalnya diantara susunan bata sengaja dibuat lubang-lubang untuk mengalirkan udara sejuk ke dalam ruang. Pada siang hari, cahaya yang masuk melalui lubang diantara batu bata tersebut menghasilkan bayang-bayang berbentuk garis ataupun titik-titik sehingga tercipta “permainan” bayangan yang dinamis.
Lokasi : Kantor dan Laboratorium Javaplant di Tawangmangu, Surakarta, Jawa Tengah
Pemilik : PT Tri Rahardja dari Deltomed Grup
Arsitektur : Andra Matin
EKSOTIKA ALAM SUBURBAN
Penulis : Imelda Anwar
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Memanfaatkan
pepohonan rimbun dan udara segar di kawasan pinggiran kota, Edo dan
keluarga berniat untuk memiliki hunian bergaya modern dengan suasana dan
fasilitas seperti hotel resor. Rancangan arsitektur rumah dengan lahan
seluas 3000 m2 dan bangunan seluas 2800 m2 ini dipercayakan kepada
arsitek Indra Hartanu dari konsultan Fusionarc Architects, sedangkan
desain interiornya mengolaborasikan keinginan pemilik dan desainer
interior Irfansyah.
Pertama, arsitek berupaya memanfaatkan lahan yang berkontur naik ke arah belakang. Bangunan utama hanya menempati sebagian lahan di tengah kaveling sedangkan sebagian lahan lainnya untuk bangunan fasilitas dan area outdoor yang bersifat privat. Dengan adanya perbedaan kontur tanah, sebagian ruang dalam bangunan ditata dengan pola split level. Ketika memasuki area pintu masuk (entrance), kita langsung naik ke area publik seperti foyer, ruang penerima tamu dan kamar tidur tamu yang menempati sebagian dari lantai dasar bangunan.
Sebagian lain dari lantai dasar ditata untuk area servis sedangkan home theater dapat diakses melalui pintu samping. Susunan ruang (layout) ini juga memberi privasi lebih terjaga bagi penghuni karena ruang-ruang semiprivat berada di lantai satu dan ditata agar berorientasi ke arah luar, terutama ke arah pepohonan rimbun di kejauhan. Mengacu pada perhitungan fengshui, pintu masuk utama rumah menghadap pada sisi lahan samping.
Untuk menyiasati kondisi ini, arsitek merancang massa bangunan berupa komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap kubus diolah dengan susunan dinding masif, pintu dan jendela kaca lebar serta teritis simpel. Sebagai aksen, terdapat satu kubus berupa balkon yang sengaja dibuat menjorok keluar dari susunan bangunan dan terdapat pula satu kubus lain yang bentuknya vertikal berisi area tangga.
Aksentuasi lain hadir berupa beberapa dinding luar yang diberi finishing panel bermotif serat kayu dan ada pula sebidang penyekat luar (secondary skin) dari kayu serta kerangka baja yang melindungi ruang dalam dari terik cahaya matahari. Pengolahan elemen geometris pada fasad berhasil menegaskan kesan modern dan “diperlunak” dengan aplikasi material alami seperti batu alam untuk pelapis dinding, papan kayu untuk penutup lantai dan bahan furnitur, pepohonan hijau khas tropis serta gemercik air mancur yang ditata mengelilingi teras.
Salah satu dinding kolam ikan koi yang berada di teras muka sengaja disekat dengan kaca dan ditempatkan lebih tinggi dari ruang tamu agar menjadi pusat perhatian (eye catcher) yang memberi pemandangan “segar”. Area outdoor yang bersifat privat ini hanya disekat oleh pintu kaca lipat geser terhadap ruang menonton TV dan ruang makan yang ditata menyatu tanpa dinding penyekat serta dilengkapi dengan void dua lantai dan plafon yang tinggi.
Sebuah ruang duduk dan ruang kerja juga ditata secara terbuka di lantai atas. Susunan ruang dalam yang “mengalir” ini memberi kesan rumah yang lapang dan adanya kontinuitas visual antara indoor dan outdoor berhasil mewujudkan konsep “merangkul” keindahan lingkungan di luar ke dalam rumah. Penataan interior rumah cenderung modern dengan pilihan furnitur yang simpel, nyaman dan didominasi oleh warna-warna alami seperti gradasi hitam, cokelat, abu-abu, krem dan putih gading.
Lokasi : Rumah Tinggal K12 di Cibubur, Jakarta Timur
Arsitektur : Indra Hartanu, ST., MT dari Fusionarc Architects
Interior : Ifransyah, ST dari Fusionarc Architects
Sebagian Aksesori Interior : Koleksi Brio VL dan Vinoti Living
Pertama, arsitek berupaya memanfaatkan lahan yang berkontur naik ke arah belakang. Bangunan utama hanya menempati sebagian lahan di tengah kaveling sedangkan sebagian lahan lainnya untuk bangunan fasilitas dan area outdoor yang bersifat privat. Dengan adanya perbedaan kontur tanah, sebagian ruang dalam bangunan ditata dengan pola split level. Ketika memasuki area pintu masuk (entrance), kita langsung naik ke area publik seperti foyer, ruang penerima tamu dan kamar tidur tamu yang menempati sebagian dari lantai dasar bangunan.
Sebagian lain dari lantai dasar ditata untuk area servis sedangkan home theater dapat diakses melalui pintu samping. Susunan ruang (layout) ini juga memberi privasi lebih terjaga bagi penghuni karena ruang-ruang semiprivat berada di lantai satu dan ditata agar berorientasi ke arah luar, terutama ke arah pepohonan rimbun di kejauhan. Mengacu pada perhitungan fengshui, pintu masuk utama rumah menghadap pada sisi lahan samping.
Untuk menyiasati kondisi ini, arsitek merancang massa bangunan berupa komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap kubus diolah dengan susunan dinding masif, pintu dan jendela kaca lebar serta teritis simpel. Sebagai aksen, terdapat satu kubus berupa balkon yang sengaja dibuat menjorok keluar dari susunan bangunan dan terdapat pula satu kubus lain yang bentuknya vertikal berisi area tangga.
Aksentuasi lain hadir berupa beberapa dinding luar yang diberi finishing panel bermotif serat kayu dan ada pula sebidang penyekat luar (secondary skin) dari kayu serta kerangka baja yang melindungi ruang dalam dari terik cahaya matahari. Pengolahan elemen geometris pada fasad berhasil menegaskan kesan modern dan “diperlunak” dengan aplikasi material alami seperti batu alam untuk pelapis dinding, papan kayu untuk penutup lantai dan bahan furnitur, pepohonan hijau khas tropis serta gemercik air mancur yang ditata mengelilingi teras.
Salah satu dinding kolam ikan koi yang berada di teras muka sengaja disekat dengan kaca dan ditempatkan lebih tinggi dari ruang tamu agar menjadi pusat perhatian (eye catcher) yang memberi pemandangan “segar”. Area outdoor yang bersifat privat ini hanya disekat oleh pintu kaca lipat geser terhadap ruang menonton TV dan ruang makan yang ditata menyatu tanpa dinding penyekat serta dilengkapi dengan void dua lantai dan plafon yang tinggi.
Sebuah ruang duduk dan ruang kerja juga ditata secara terbuka di lantai atas. Susunan ruang dalam yang “mengalir” ini memberi kesan rumah yang lapang dan adanya kontinuitas visual antara indoor dan outdoor berhasil mewujudkan konsep “merangkul” keindahan lingkungan di luar ke dalam rumah. Penataan interior rumah cenderung modern dengan pilihan furnitur yang simpel, nyaman dan didominasi oleh warna-warna alami seperti gradasi hitam, cokelat, abu-abu, krem dan putih gading.
Lokasi : Rumah Tinggal K12 di Cibubur, Jakarta Timur
Arsitektur : Indra Hartanu, ST., MT dari Fusionarc Architects
Interior : Ifransyah, ST dari Fusionarc Architects
Sebagian Aksesori Interior : Koleksi Brio VL dan Vinoti Living
Archive for the ‘Taman’ Category
TAMAN EKSOTIS DI RUMAH URBAN
Penulis: Viva Rahwidhiyasa
Fotografer: Ahkamul Hakim
Selain berfungsi sebagai penyempurna estetika bangunan, taman juga berperan sebagai “kantung” agar bangunan lebih “bernapas”. Konsep ini diterapkan pada sebuah taman di rumah tinggal keluarga Gede Widiade yang berlokasi di kawasan Jakarta Selatan, dengan arsitek Ir. Wiriyatmoko, MT (Kepala Dinas Tata Ruang DKI Jakarta) dan arsitek lanskap Ir. Yugo Widyaputra.
Taman depan memanfaatkan area terbuka garis sepadan jalan yang menghubungkan batas bangunan dengan pagar. Adapun kolam ikan dan taman dengan dek kayu menempati area terbuka yang memisahkan bangunan semipublik dengan bangunan privat, yang berada di bagian dalam rumah. Dengan formasi seperti ini, hampir semua ruang-ruang di dalam rumah dapat bersinggungan dengan ruang terbuka hijau.
Keseimbangan Skala Bangunan
Adapun taman depan berbentuk huruf L, mengelilingi sisi muka dan sisi samping massa bangunan terdepan. Ruang sempit seluas tiga meter antara pagar dan bangunan dimanfaatkan menjadi taman. Di sini keberagaman pola, jenis tanaman dan tekstur tanaman dipadukan agar menghasilkan komposisi dinamis dan dekoratif.
Teras dan pintu entrance diapit oleh sepasang pohon kamboja Bali yang belum tumbuh maksimal tetapi lekukan batang utamanya merupakan elemen dekoratif yang memberikan sentuhan seni pada welcome area. Di seputar pohon kamboja Bali ditanam beberapa jenis pohon yang memiliki karakter tumbuh saling berbeda. Tanaman yang berdaun hijau terang terlihat kontras diantara latar belakang dinding bangunan yang berlapis batu andesit. Selanjutnya Lantana dan Russelia yang tumbuhnya menjuntai mengisi tepian bak. Tepian pagar yang bersinggungan dengan anak tangga menuju teras, ditutup dengan Tabernaemontana dwarf yang dipangkas rapi sebagai “pagar hidup”.
Menuju ke sisi samping taman komposisi tanaman terlihat padat dan rapat. Jalan setapak yang terbuat dari susunan batu kali utuh, diantara batu setapak, ditutup dengan ground cover seperti Bromelia yang berwarna cokelat dan tumbuh kerdil serta kucai mini (Ophiopogon dwarf) berwarna hijau yang terlihat kontras.
“Oase” di Taman Dalam
Taman yang berada di bagian dalam berupa kolam ikan koi berbentuk persegi yang memisahkan massa bangunan semipublik dengan bangunan privat. Taman dirancang sebagai taman privat untuk keluarga berkumpul. Keberadaan taman dalam ini menjadi “kantung” yang mendorong terjadinya sirkulasi udara dari dalam ke luar.
Berbeda dengan taman depan, taman dalam ini berada pada iklim mikro yang teduh terutama pada pagi hari dan sore hari. Situasi ini disikapi dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang menyukai iklim teduh seperti palem, Dracaena dan kamboja dihadirkan untuk keseimbangan ruang. Kreativitas desainer lanskap semakin tertantang untuk dapat memaksimalkan setiap sudut menjadi fungsional dengan tampilan maksimal. Misalnya dengan mengombinasikan batu-batu alam dan batu fosil dengan tanaman penutup tanah yang tumbuh secara melata sehingga terlihat lebih alami. Corak daun yang unik dikombinasikan dengan elemen hard material lainnya dengan cara sederhana, sehingga setiap sudut dapat terlihat eksotis.
Lokasi : Kediaman Keluarga Gede Widiade, S.H., MBL
Kompleks PLN Duren tiga, Jl. Jatiluhur No. 8, Pancoran, Jakarta SelatanDuren Tiga – Jakarta Selatan
Arsitek : Ir. Wiriyatmoko, MT (Kepala Dinas Tata Ruang DKI Jakarta)
Arsitek Lanskap : Ir. Yugo Widyaputra
Fotografer: Ahkamul Hakim
Selain berfungsi sebagai penyempurna estetika bangunan, taman juga berperan sebagai “kantung” agar bangunan lebih “bernapas”. Konsep ini diterapkan pada sebuah taman di rumah tinggal keluarga Gede Widiade yang berlokasi di kawasan Jakarta Selatan, dengan arsitek Ir. Wiriyatmoko, MT (Kepala Dinas Tata Ruang DKI Jakarta) dan arsitek lanskap Ir. Yugo Widyaputra.
Taman depan memanfaatkan area terbuka garis sepadan jalan yang menghubungkan batas bangunan dengan pagar. Adapun kolam ikan dan taman dengan dek kayu menempati area terbuka yang memisahkan bangunan semipublik dengan bangunan privat, yang berada di bagian dalam rumah. Dengan formasi seperti ini, hampir semua ruang-ruang di dalam rumah dapat bersinggungan dengan ruang terbuka hijau.
Keseimbangan Skala Bangunan
Adapun taman depan berbentuk huruf L, mengelilingi sisi muka dan sisi samping massa bangunan terdepan. Ruang sempit seluas tiga meter antara pagar dan bangunan dimanfaatkan menjadi taman. Di sini keberagaman pola, jenis tanaman dan tekstur tanaman dipadukan agar menghasilkan komposisi dinamis dan dekoratif.
Teras dan pintu entrance diapit oleh sepasang pohon kamboja Bali yang belum tumbuh maksimal tetapi lekukan batang utamanya merupakan elemen dekoratif yang memberikan sentuhan seni pada welcome area. Di seputar pohon kamboja Bali ditanam beberapa jenis pohon yang memiliki karakter tumbuh saling berbeda. Tanaman yang berdaun hijau terang terlihat kontras diantara latar belakang dinding bangunan yang berlapis batu andesit. Selanjutnya Lantana dan Russelia yang tumbuhnya menjuntai mengisi tepian bak. Tepian pagar yang bersinggungan dengan anak tangga menuju teras, ditutup dengan Tabernaemontana dwarf yang dipangkas rapi sebagai “pagar hidup”.
Menuju ke sisi samping taman komposisi tanaman terlihat padat dan rapat. Jalan setapak yang terbuat dari susunan batu kali utuh, diantara batu setapak, ditutup dengan ground cover seperti Bromelia yang berwarna cokelat dan tumbuh kerdil serta kucai mini (Ophiopogon dwarf) berwarna hijau yang terlihat kontras.
“Oase” di Taman Dalam
Taman yang berada di bagian dalam berupa kolam ikan koi berbentuk persegi yang memisahkan massa bangunan semipublik dengan bangunan privat. Taman dirancang sebagai taman privat untuk keluarga berkumpul. Keberadaan taman dalam ini menjadi “kantung” yang mendorong terjadinya sirkulasi udara dari dalam ke luar.
Berbeda dengan taman depan, taman dalam ini berada pada iklim mikro yang teduh terutama pada pagi hari dan sore hari. Situasi ini disikapi dengan pemilihan jenis-jenis tanaman yang menyukai iklim teduh seperti palem, Dracaena dan kamboja dihadirkan untuk keseimbangan ruang. Kreativitas desainer lanskap semakin tertantang untuk dapat memaksimalkan setiap sudut menjadi fungsional dengan tampilan maksimal. Misalnya dengan mengombinasikan batu-batu alam dan batu fosil dengan tanaman penutup tanah yang tumbuh secara melata sehingga terlihat lebih alami. Corak daun yang unik dikombinasikan dengan elemen hard material lainnya dengan cara sederhana, sehingga setiap sudut dapat terlihat eksotis.
Lokasi : Kediaman Keluarga Gede Widiade, S.H., MBL
Kompleks PLN Duren tiga, Jl. Jatiluhur No. 8, Pancoran, Jakarta SelatanDuren Tiga – Jakarta Selatan
Arsitek : Ir. Wiriyatmoko, MT (Kepala Dinas Tata Ruang DKI Jakarta)
Arsitek Lanskap : Ir. Yugo Widyaputra
“SURPRISING” GARDEN
Penulis : Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Taman yang mengelilingi bangunan berarsitektur tropis ini berbentuk persegi tak beraturan, dimana luasannya mencapai 1950 m² dalam formasi bentuk huruf U. Perbedaan desain di setiap area memberikan surprise (kejutan) yang tidak membosankan.
Keinginan pemilik rumah menghadirkan ruang terbuka untuk beraktivitas menguatkan keinginannya untuk fokus pada pengembangan taman saja. Prinsip rumah sehat, dengan matahari dan udara segar yang mengalir lancar diantara ruang-ruang dalamnya merupakan gambaran wujud sebuah konsep rumah ideal di perkotaan. Taman yang dikembangkan secara bertahap tersebut menerapkan konsep “taman tumbuh” karena pengembangan konsep dilakukan secara bertahap dan parsial. Pohon-pohon dan tanaman utama pada setiap area dipertahankan karena sudah membuat formasi bentuk dan komposisi yang berproses secara alami.
Secara keseluruhan taman tersebut terbagi menjadi tiga zona dengan regol (pintu kecil lengkap dengan gerbang) yang menandai batas antarzona. Zona utama yang ukurannya paling luas berada pada area yang mengelilingi bangunan utama. Adapun kedua zona lainnya berada pada posisi menyiku dengan zona utama tersebut. Kegiatan utama di ruang luar seperti berenang dan bersantai terletak di zona utama. Sebuah kolam renang berbentuk persegi memanjang mendominasi ruang pada zona ini. Kolam renang tersebut dilengkapi dengan sebuah gazebo dan dek kayu yang dilengkapi dengan seperangkat kursi taman. Untuk menunjang kenyamanan, pepohonan di seputar area ini sengaja dibiarkan rimbun dengan kanopi yang lebar seperti pohon kapuk randu jenis Variegata dan kelapa gading yang meneduhi seputar area aktivitas.
Ruang-ruang perantara didesain menyatu yang tujuannya untuk menyamarkan dinding pembatas atau lekukan-lekukan bidang masif yang memisahkan batas kaveling dengan tetangga. Nuansa tropikal sangat kental terasa melalui pemilihan tanaman bertekstur daun lebar dan hijau seperti Heliconia, Calathea rosemary dan Philodendron. Kerimbunan sangat terasa pada area di seputar pintu masuk (entrance) yag didesain unik dalam “kerangka boks kayu”. Sepasang kamboja meneduhi “bangunan transparan” ini, dipercantik dengan tanaman semak rendah yang dikomposisikan secara simetris.
Zona aktivitas lainnya berada pada kaveling berbentuk square didesain tertutup dengan sebuah regol sebagai akses yang dihubungkan dengan zona lainnya. Area ini didesain menyerupai suasana sebuah resor yang menyenangkan. Sebuah gazebo dengan sentuhan tropis modern menempati sudut terjauh, desain nya seolah-olah “melayang” dengan kolam ikan yang mengelilinginya. Selebihnya berupa hamparan rumput hijau dan pepohonan rindang. Sebuah area rumput ditinggikan kontur tanahnya dalam pola lekukan organik yang dimodifikasi menjadi putting green untuk berlatih golf. Permukaan tanah ditutup dengan rumput sintetis dan datar.
Zona yang terletak pada posisi paling belakang merupakan pelengkap dari area carport. Beberapa tanaman peneduh dadap merah ditanam di sepanjang pagar, lalu diantaranya diisi dengan beragam tanaman seperti bunga sepatu (Hibiscus), serta tanaman semak yang berukuran lebih rendah, yang tumbuh dan saling mengisi celah sehingga penampakan dinding pagar menjadi tersamar dan terlihat cantik. Konsentrasi hijauan lainnya difokuskan pada tepian yang berada di sepanjang selasar yang menghubungkan pos satpam ke arah garasi. Strukstur atap selasar yang datar dilengkapi dengan tanaman Lee Kwan Yeu yang tumbuhnya menjuntai sehingga membentuk “tirai” yang menutup bidang selasar. Apabila kita berjalan di dalam selasar, akan lebih terasa “sensasi” hijaunya, melewati tanaman hijau yang menyejukkan mata.
Lokasi :
Kediaman Keluarga Robert
Pondok Aren – Bintaro
Lanskap :
Rustam dari GonKu Lanskap
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Taman yang mengelilingi bangunan berarsitektur tropis ini berbentuk persegi tak beraturan, dimana luasannya mencapai 1950 m² dalam formasi bentuk huruf U. Perbedaan desain di setiap area memberikan surprise (kejutan) yang tidak membosankan.
Keinginan pemilik rumah menghadirkan ruang terbuka untuk beraktivitas menguatkan keinginannya untuk fokus pada pengembangan taman saja. Prinsip rumah sehat, dengan matahari dan udara segar yang mengalir lancar diantara ruang-ruang dalamnya merupakan gambaran wujud sebuah konsep rumah ideal di perkotaan. Taman yang dikembangkan secara bertahap tersebut menerapkan konsep “taman tumbuh” karena pengembangan konsep dilakukan secara bertahap dan parsial. Pohon-pohon dan tanaman utama pada setiap area dipertahankan karena sudah membuat formasi bentuk dan komposisi yang berproses secara alami.
Secara keseluruhan taman tersebut terbagi menjadi tiga zona dengan regol (pintu kecil lengkap dengan gerbang) yang menandai batas antarzona. Zona utama yang ukurannya paling luas berada pada area yang mengelilingi bangunan utama. Adapun kedua zona lainnya berada pada posisi menyiku dengan zona utama tersebut. Kegiatan utama di ruang luar seperti berenang dan bersantai terletak di zona utama. Sebuah kolam renang berbentuk persegi memanjang mendominasi ruang pada zona ini. Kolam renang tersebut dilengkapi dengan sebuah gazebo dan dek kayu yang dilengkapi dengan seperangkat kursi taman. Untuk menunjang kenyamanan, pepohonan di seputar area ini sengaja dibiarkan rimbun dengan kanopi yang lebar seperti pohon kapuk randu jenis Variegata dan kelapa gading yang meneduhi seputar area aktivitas.
Ruang-ruang perantara didesain menyatu yang tujuannya untuk menyamarkan dinding pembatas atau lekukan-lekukan bidang masif yang memisahkan batas kaveling dengan tetangga. Nuansa tropikal sangat kental terasa melalui pemilihan tanaman bertekstur daun lebar dan hijau seperti Heliconia, Calathea rosemary dan Philodendron. Kerimbunan sangat terasa pada area di seputar pintu masuk (entrance) yag didesain unik dalam “kerangka boks kayu”. Sepasang kamboja meneduhi “bangunan transparan” ini, dipercantik dengan tanaman semak rendah yang dikomposisikan secara simetris.
Zona aktivitas lainnya berada pada kaveling berbentuk square didesain tertutup dengan sebuah regol sebagai akses yang dihubungkan dengan zona lainnya. Area ini didesain menyerupai suasana sebuah resor yang menyenangkan. Sebuah gazebo dengan sentuhan tropis modern menempati sudut terjauh, desain nya seolah-olah “melayang” dengan kolam ikan yang mengelilinginya. Selebihnya berupa hamparan rumput hijau dan pepohonan rindang. Sebuah area rumput ditinggikan kontur tanahnya dalam pola lekukan organik yang dimodifikasi menjadi putting green untuk berlatih golf. Permukaan tanah ditutup dengan rumput sintetis dan datar.
Zona yang terletak pada posisi paling belakang merupakan pelengkap dari area carport. Beberapa tanaman peneduh dadap merah ditanam di sepanjang pagar, lalu diantaranya diisi dengan beragam tanaman seperti bunga sepatu (Hibiscus), serta tanaman semak yang berukuran lebih rendah, yang tumbuh dan saling mengisi celah sehingga penampakan dinding pagar menjadi tersamar dan terlihat cantik. Konsentrasi hijauan lainnya difokuskan pada tepian yang berada di sepanjang selasar yang menghubungkan pos satpam ke arah garasi. Strukstur atap selasar yang datar dilengkapi dengan tanaman Lee Kwan Yeu yang tumbuhnya menjuntai sehingga membentuk “tirai” yang menutup bidang selasar. Apabila kita berjalan di dalam selasar, akan lebih terasa “sensasi” hijaunya, melewati tanaman hijau yang menyejukkan mata.
Lokasi :
Kediaman Keluarga Robert
Pondok Aren – Bintaro
Lanskap :
Rustam dari GonKu Lanskap
TAMAN URBAN BERKONSEP SIMETRIS
Penulis : Viva Rahwidhiyasa Fotografer : Ahkamul Hakim
Halaman belakang bangunan dua lantai ini berada pada area datar yang luas dan terbuka yang merupakan orientasi pandangan dari ruang-ruang komunal di dalamnya. Formasi bangunan simetris dengan massa bangunan utama dua lantai dengan pengembangan yang menjorok ke arah taman sehingga membentuk formasi massa bangunan berbentuk huruf T. Seluruh dinding yang menghadap ke arah taman berupa kaca transparan, baik berupa kaca mati, atau pintu lipat geser dari kaca tanpa bingkai (frameless).
Pola simetris dari bangunan diterapkan pada taman yang terwujud pada pola kolam renang berbentuk T tetapi dalam formasi terbalik dengan bangunan. Bagian yang mengecil merupakan area rendam. Bagian lain berupa area plaza yang ditutup permanen dengan pengerasan dari batu granit yang dipoles secara kasar. Pada kedua sudut taman dibuat bangunan penunjang yaitu kamar bilas dan ruang penyimpanan.
Dominasi warna putih dari hardscape memberikan kesan luas dan kesan lapang, sedangkan warna hijau dari tanaman berhasil menyejukkan mata. Uniknya, konsep penanamannya menggunakan planter box yang dirancang struktural yang menyatu dengan dinding. Bak tanaman berbentuk memanjang diisi dengan tanaman dalam komposisi monokromatis. Bagian sisi yang berseberangan dengan kolam, ditanami tanaman yang dipangkas secara rapi menyerupai pola lilin yang seragam di sepanjang dinding. Struktur vertikal tanaman diimbangi dengan struktur horizontal yaitu dengan tanaman yang tumbuhnya menjuntai (cascade).
Berbeda dari pola sebelumnya, bak tanaman yang menempel pada dinding yang menyiku dengan kolam diisi dengan tanaman berbunga dengan nuansa hijau pekat. Tanaman terlihat cantik dengan kuntum bunganya yang berwarna putih bersih. Seluruh komposisi softscape di sepanjang dinding berkesan formal senada dengan karakter bangunan.
Karakter yang berbeda ditampilkan pada komposisi yang berada di seputar teras. Dua planter box yang berada di sisi kiri dan sisi kanan ditata lebih natural dengan paduan beberapa jenis tanaman, seperti tanaman kurma dan Bromelia yang seolah-olah menyembul diantara bebatuan, sebagai penutup tanah. Kanopi tanaman kurma memberikan keteduhan di seputar area teras. Untuk menikmati keindahan taman belakang, di samping teras ditempatkan beberapa kursi taman berbahan rotan sintetis berwarna cokelat.
Lokasi :
Kediaman Kel. Shanta Birawa
Menteng – Jakarta Pusat
Arsitek dan konsep Hardscape:
Khing S George
Konsep Soft Scape :
Fiify Eluza dari Bougainvilea Cipta
(more…)
Halaman belakang bangunan dua lantai ini berada pada area datar yang luas dan terbuka yang merupakan orientasi pandangan dari ruang-ruang komunal di dalamnya. Formasi bangunan simetris dengan massa bangunan utama dua lantai dengan pengembangan yang menjorok ke arah taman sehingga membentuk formasi massa bangunan berbentuk huruf T. Seluruh dinding yang menghadap ke arah taman berupa kaca transparan, baik berupa kaca mati, atau pintu lipat geser dari kaca tanpa bingkai (frameless).
Pola simetris dari bangunan diterapkan pada taman yang terwujud pada pola kolam renang berbentuk T tetapi dalam formasi terbalik dengan bangunan. Bagian yang mengecil merupakan area rendam. Bagian lain berupa area plaza yang ditutup permanen dengan pengerasan dari batu granit yang dipoles secara kasar. Pada kedua sudut taman dibuat bangunan penunjang yaitu kamar bilas dan ruang penyimpanan.
Dominasi warna putih dari hardscape memberikan kesan luas dan kesan lapang, sedangkan warna hijau dari tanaman berhasil menyejukkan mata. Uniknya, konsep penanamannya menggunakan planter box yang dirancang struktural yang menyatu dengan dinding. Bak tanaman berbentuk memanjang diisi dengan tanaman dalam komposisi monokromatis. Bagian sisi yang berseberangan dengan kolam, ditanami tanaman yang dipangkas secara rapi menyerupai pola lilin yang seragam di sepanjang dinding. Struktur vertikal tanaman diimbangi dengan struktur horizontal yaitu dengan tanaman yang tumbuhnya menjuntai (cascade).
Berbeda dari pola sebelumnya, bak tanaman yang menempel pada dinding yang menyiku dengan kolam diisi dengan tanaman berbunga dengan nuansa hijau pekat. Tanaman terlihat cantik dengan kuntum bunganya yang berwarna putih bersih. Seluruh komposisi softscape di sepanjang dinding berkesan formal senada dengan karakter bangunan.
Karakter yang berbeda ditampilkan pada komposisi yang berada di seputar teras. Dua planter box yang berada di sisi kiri dan sisi kanan ditata lebih natural dengan paduan beberapa jenis tanaman, seperti tanaman kurma dan Bromelia yang seolah-olah menyembul diantara bebatuan, sebagai penutup tanah. Kanopi tanaman kurma memberikan keteduhan di seputar area teras. Untuk menikmati keindahan taman belakang, di samping teras ditempatkan beberapa kursi taman berbahan rotan sintetis berwarna cokelat.
Lokasi :
Kediaman Kel. Shanta Birawa
Menteng – Jakarta Pusat
Arsitek dan konsep Hardscape:
Khing S George
Konsep Soft Scape :
Fiify Eluza dari Bougainvilea Cipta
(more…)
SUDUT-SUDUT YANG CANTIK
Penulis : Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : Ahkamul Hakim
Bangunan dua lantai berarsitektur modern dengan sentuhan tropis milik keluarga Debby Febriani Siregar ini terlihat anggun di sebuah kaveling dengan luas 650 m² yang berada di sudut jalan. Ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk taman berada di sekeliling muka rumah yang memanjang mengikuti lekukan bangunan berbentuk huruf L. Selain itu, area bahu jalan diantara jalan dan pagar turut dikreasikan menjadi sebuah taman.
Pagar rendah yang mengelilingi bangunan berbentuk huruf L, disamarkan oleh tanaman pada kedua sisinya. Bagian tepian atasnya dibentuk menjadi bak tanaman yang diisi dengan tanaman samba dara yang memiliki karakter daun menjuntai. Beberapa pohon tinggi seperti mahoni, angsana, palem sadeng dan tabebuya ditanam di luar pagar untuk meneduhi sebagian area pada taman depan. Bahu jalan selebar dua meter juga dimanfaatkan sebagai taman yang menyatu dengan taman di bagian dalam. Untuk memberikan efek dinamis, permukaan tanahnya dirancang berkontur dan meninggi ke arah pagar. Cara ini juga lebih efektif menyamarkan fisik pagar dengan maksimal. Tanaman ditata dalam komposisi semiformal, berlekuk dan bergelombang agar terlihat lebih “luwes” dan alami. Tanaman yang berkarakter halus dengan daun yang bertekstur lembut dan berukuran kecil, dikombinasikan dengan tanaman yang memiliki daun besar berbentuk pedang dan berkesan tegas.
Kaveling yang berada di halaman belakang merupakan area pengembangan yang dibeli kemudian dari penduduk sekitar. Namun, permukaan kaveling tersebut berada satu meter lebih tinggi dari permukaan rumah dan memiliki bentuk bukan persegi yaitu bentuk trapesium. Area ini dikembangkan menjadi taman belakang dan kolam renang untuk melengkapi fasilitas keluarga ketika beraktivitas di ruang luar. Keberadaan ruang terbuka ini juga menjadi “kantung” yang mengalirkan udara ke dalam ruang dan memaksimalkan pencahayaan alami pada siang hari, sehingga ruang-ruang dalam terasa lebih sehat dan nyaman.
Perbedaan tinggi permukaan tanah yang mencolok disiasati dengan membuat kolam renang bersistem overflow dengan tepian kolam yang dapat mengalirkan “tumpahan” air sampai jatuh ke dalam kolam ikan yang berada di level lebih rendah sejajar dengan teras rumah. Kolam renang berbentuk menyerupai bentuk kacang (bean shape) yang mendominasi hampir seluruh area datar pada taman belakang. Keteduhan kanopi pohon kelapa dan payung yang ditempatkan menggantung menjadi pelengkap dari area beristirahat ini.
Desainer dengan jeli mengolah dinding pembatas kaveling ke arah taman belakang dengan elemen dekoratif dan taman. Contohnya pada dinding yang berseberangan dengan living room, ditutup dengan gebyok berukir lengkap dengan kanopi beratap genteng yang menutupinya. Visualisasi ini memberikan kesan bahwa terdapat ruang di balik pintu seolah-olah dinding tersebut bukan sebagai batas akhir dari halaman belakang. Adapun dinding yang bersikuan dengan gebyok tersebut ditutup dengan tanaman merambat Ficus yang merupakan latar belakang hijau dari semak di sisi muka.
Lokasi :Kediaman Keluarga Debby Febriani SiregarTaman Puri Bintaro – Tangerang
Lanskap :Nurdin dari GonKu Nursery
Fotografer : Ahkamul Hakim
Bangunan dua lantai berarsitektur modern dengan sentuhan tropis milik keluarga Debby Febriani Siregar ini terlihat anggun di sebuah kaveling dengan luas 650 m² yang berada di sudut jalan. Ruang terbuka yang dimanfaatkan untuk taman berada di sekeliling muka rumah yang memanjang mengikuti lekukan bangunan berbentuk huruf L. Selain itu, area bahu jalan diantara jalan dan pagar turut dikreasikan menjadi sebuah taman.
Pagar rendah yang mengelilingi bangunan berbentuk huruf L, disamarkan oleh tanaman pada kedua sisinya. Bagian tepian atasnya dibentuk menjadi bak tanaman yang diisi dengan tanaman samba dara yang memiliki karakter daun menjuntai. Beberapa pohon tinggi seperti mahoni, angsana, palem sadeng dan tabebuya ditanam di luar pagar untuk meneduhi sebagian area pada taman depan. Bahu jalan selebar dua meter juga dimanfaatkan sebagai taman yang menyatu dengan taman di bagian dalam. Untuk memberikan efek dinamis, permukaan tanahnya dirancang berkontur dan meninggi ke arah pagar. Cara ini juga lebih efektif menyamarkan fisik pagar dengan maksimal. Tanaman ditata dalam komposisi semiformal, berlekuk dan bergelombang agar terlihat lebih “luwes” dan alami. Tanaman yang berkarakter halus dengan daun yang bertekstur lembut dan berukuran kecil, dikombinasikan dengan tanaman yang memiliki daun besar berbentuk pedang dan berkesan tegas.
Kaveling yang berada di halaman belakang merupakan area pengembangan yang dibeli kemudian dari penduduk sekitar. Namun, permukaan kaveling tersebut berada satu meter lebih tinggi dari permukaan rumah dan memiliki bentuk bukan persegi yaitu bentuk trapesium. Area ini dikembangkan menjadi taman belakang dan kolam renang untuk melengkapi fasilitas keluarga ketika beraktivitas di ruang luar. Keberadaan ruang terbuka ini juga menjadi “kantung” yang mengalirkan udara ke dalam ruang dan memaksimalkan pencahayaan alami pada siang hari, sehingga ruang-ruang dalam terasa lebih sehat dan nyaman.
Perbedaan tinggi permukaan tanah yang mencolok disiasati dengan membuat kolam renang bersistem overflow dengan tepian kolam yang dapat mengalirkan “tumpahan” air sampai jatuh ke dalam kolam ikan yang berada di level lebih rendah sejajar dengan teras rumah. Kolam renang berbentuk menyerupai bentuk kacang (bean shape) yang mendominasi hampir seluruh area datar pada taman belakang. Keteduhan kanopi pohon kelapa dan payung yang ditempatkan menggantung menjadi pelengkap dari area beristirahat ini.
Desainer dengan jeli mengolah dinding pembatas kaveling ke arah taman belakang dengan elemen dekoratif dan taman. Contohnya pada dinding yang berseberangan dengan living room, ditutup dengan gebyok berukir lengkap dengan kanopi beratap genteng yang menutupinya. Visualisasi ini memberikan kesan bahwa terdapat ruang di balik pintu seolah-olah dinding tersebut bukan sebagai batas akhir dari halaman belakang. Adapun dinding yang bersikuan dengan gebyok tersebut ditutup dengan tanaman merambat Ficus yang merupakan latar belakang hijau dari semak di sisi muka.
Lokasi :Kediaman Keluarga Debby Febriani SiregarTaman Puri Bintaro – Tangerang
Lanskap :Nurdin dari GonKu Nursery
“Oase” di Nursery Garden
Penulis : Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : Ahkamul Hakim
Pohon-pohon langka yang memiliki eksotika batang yang artistik dapat dijadikan ikon sebuah taman. Kelangkaan dan keunikan pohon-pohon tersebut membuat nilainya menjadi tinggi karena diperlukan perjuangan pemeliharaan panjang yang tidak mudah. Pohon-pohon tersebut dipadukan dengan semak, tanaman bertekstur keras seperti kaktus dan agave. Aksesori lampu cantik nan unik dan pencahayaan yang menarik semakin menampilkan keindahan pepohonan tersebut. Dengan penataan seperti ini, imajinasi ruang dapat lebih tervisualisasi sehingga memberikan kemudahan dalam penerapannya.
Lokasi nursery berada di tepi jalan raya lingkar barat kota Jakarta. Kondisi tanah sangat terbuka dan memiliki permukaan tanah yang berkontur sehingga membentuk gelombang halus. Jajaran pohon trembesi yang ditanam berderet di tepian jalan menjadi latar belakang hijau yang meredam hawa panas, dan bising di luar area nursery. Demikian pula permukaan tanah yang dihijaukan dengan rumput gajah mini sehingga secara keseluruhan seakan-akan menjadi “oase” yang menyejukkan di seputar area yang gersang dan berbatu.
Welcome area ditata secara artistik, dengan bukit rumput hijau yang mengapit jalan, sengaja dibiarkan tertutup bebatuan aslinya. Beberapa palem di tanam berjajar seolah-olah memberikan arahan menuju ke area yang lebih masuk. Sentuhan artistik dimunculkan melalui penempatan beberapa benda seni taman seperti gentong tembikar dan sculpture bertema kontemporer dari beragam raw material yang sengaja diekspos karakter alaminya.
Posisi tanah yang tinggi sangat membantu penampilan pohon-pohon tersebut. Lekukan bonggol kamboja fosil (Plumeria) yang ditanam berpasangan seolah-olah menjadi gerbang untuk menyambut tamu ke dalam nursery. Beberapa koleksi lainnya seperti Kigelia pinata, majapahit (Crecentia cujete) dan Bombax ellipticum melengkapi setiap sudut area nursery. Keberadaan pohon dilengkapi dengan beberapa tanaman pelengkap beragam tema. Beberapa sudut dilengkapi dengan beragam tanaman dengan tekstur yang bervariasi. Dracaena variegate dengan percabangan yang lentur dipadukan dengan agave dan Bromelia yang mengisi celah diantaranya. Ada pula yang dikombinasikan dengan tanaman kaktus dan tanaman bertekstur keras lengkap dengan gravel terakota dan batu kali yang menggambarkan suasana ekosistem di sabana.
Bangku taman dari kayu antik tua melengkapi taman nursery ini. Sebuah pondokan sederhana terletak di sudut terujung dari nursery ini. Pondokan beratap dengan amben untuk berteduh dan beristirahat setelah berjalan-jalan ini berada diantara taman. Kanopi pohon cherry dan gentong berpancuran menjadi elemen dekoratif taman yang menyejukkan dan menunjang kenyamanan di seputar area taman.
Lokasi :
POHON POHON Nursery
Lingkar Luar Barat – Jakarta Barat
Lanskap : Jefri AR dan Tim Desain dari POHON POHON Nursery
Contoh Denah Rumah rumah :
Rumah Minimalis 1 Lantai | Denah Rumah Minimalis
Anda yang sedang mencari contoh desain rumah minimalis akan lebih memperhatikan kepada beberapa hal, diantaranya adalah posisi ruang tamu, kemudian kamar tidur dan kamar mandi yang mana ruangan ini yang menjadi unsur penting dalam rumah minimalis karena anda tidak memiliki tanah yang cukup lebar untuk memberikan ruangan secara bebas. Lalu bagaimanakah contoh denah rumah minimalis yang bagus untuk dijadikan referensi anda. Berikut gambarnya:
Denah Rumah Minimalis Luas +154,8 m2 (15,1×10,2m)
- 3 Kamar Tidur
- 1 Ruang Keluarga
- 2 Kamar Mandi
- 1 Garasi Mobil/ Motor
- 1 Ruang Makan
- 1 Dapur
Gambar Rumah Minimalis 1 Lantai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar