Kamis, 22 Maret 2012

Arsitektur

    Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

   
Menurut Vitruvius di dalam bukunya De Architectura (yang merupakan sumber tertulis paling tua yang masih ada hingga sekarang), bangunan yang baik haruslah memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan / Fungsi (Utilitas); arsitektur dapat dikatakan sebagai keseimbangan dan koordinasi antara ketiga unsur tersebut, dan tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. Dalam definisi modern, arsitektur harus mencakup pertimbangan fungsi, estetika, dan psikologis. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri di dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, "Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni". Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang memengaruhi arsitektur.

 Teori dan praktik

Pentingnya teori untuk menjadi rujukan praktik tidak boleh terlalu ditekankan, meskipun banyak arsitek mengabaikan teori sama sekali. Vitruvius berujar: "Praktik dan teori adalah akar arsitektur. Praktik adalah perenungan yang berkelanjutan terhadap pelaksanaan sebuah proyek atau pengerjaannya dengan tangan, dalam proses konversi bahan bangunan dengan cara yang terbaik. Teori adalah hasil pemikiran beralasan yang menjelaskan proses konversi bahan bangunan menjadi hasil akhir sebagai jawaban terhadap suatu persoalan. Seorang arsitek yang berpraktik tanpa dasar teori tidak dapat menjelaskan alasan dan dasar mengenai bentuk-bentuk yang dia pilih. Sementara arsitek yang berteori tanpa berpraktik hanya berpegang kepada "bayangan" dan bukannya substansi. Seorang arsitek yang berpegang pada teori dan praktik, ia memiliki senjata ganda. Ia dapat membuktikan kebenaran hasil rancangannya dan juga dapat mewujudkannya dalam pelaksanaan". Ini semua tidak lepas dari konsep pemikiran dasar bahwa kekuatan utama pada setiap Arsitek secara ideal terletak dalam kekuatan idea.

 Sejarah

Untuk lebih jelas lihat artikel utama: Sejarah arsitektur
Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan (kebutuhan kondisi lingkungan yang kondusif, keamanan, dsb), dan cara (bahan bangunan yang tersedia dan teknologi konstruksi). Arsitektur prasejarah dan primitif merupakan tahap awal dinamika ini. Kemudian manusia menjadi lebih maju dan pengetahuan mulai terbentuk melalui tradisi lisan dan praktik-praktik, arsitektur berkembang menjadi ketrampilan. Pada tahap ini lah terdapat proses uji coba, improvisasi, atau peniruan sehingga menjadi hasil yang sukses. Seorang arsitek saat itu bukanlah seorang figur penting, ia semata-mata melanjutkan tradisi. Arsitektur Vernakular lahir dari pendekatan yang demikian dan hingga kini masih dilakukan di banyak bagian dunia.
Permukiman manusia di masa lalu pada dasarnya bersifat rural. Kemudian timbullah surplus produksi, sehingga masyarakat rural berkembang menjadi masyarakat urban. Kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipologi bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasi pun bermunculan. Arsitektur Religius tetap menjadi bagian penting di dalam masyarakat. Gaya-gaya arsitektur berkembang, dan karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya tulis tersebut menjadi kumpulan aturan (kanon) untuk diikuti khususnya dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh kanon ini antara lain adalah karya-karya tulis oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di periode Klasik dan Abad Pertengahan Eropa, bangunan bukanlah hasil karya arsitek-arsitek individual, tetapi asosiasi profesi (guild) dibentuk oleh para artisan / ahli keterampilan bangunan untuk mengorganisasi proyek.
Pada masa Pencerahan, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur. Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual - Michaelangelo, Brunelleschi, Leonardo da Vinci - dan kultus individu pun dimulai. Namun pada saat itu, tidak ada pembagian tugas yang jelas antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain yang berhubungan. Pada tahap ini, seorang seniman pun dapat merancang jembatan karena penghitungan struktur di dalamnya masih bersifat umum.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu (misalnya engineering), dan munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah "arsitek priyayi" yang biasanya berurusan dengan bouwheer (klien)kaya dan berkonsentrasi pada unsur visual dalam bentuk yang merujuk pada contoh-contoh historis. Pada abad ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Sementara itu, Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi ukuran yang dapat dicapai bahkan oleh kelas menengah. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher Werkbund (dibentuk 1907) yang memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan kualitas yang lebih baik merupakan titik lahirnya profesi dalam bidang desain industri. Setelah itu, sekolah Bauhaus (dibentuk di Jerman tahun 1919) menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Ketika Arsitektur Modern mulai dipraktikkan, ia adalah sebuah pergerakan garda depan dengan dasar moral, filosofis, dan estetis. Kebenaran dicari dengan menolak sejarah dan menoleh kepada fungsi yang melahirkan bentuk. Arsitek lantas menjadi figur penting dan dijuluki sebagai "master". Kemudian arsitektur modern masuk ke dalam lingkup produksi masal karena kesederhanaannya dan faktor ekonomi.
Namun, masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, kemandulan, keburukan, keseragaman, serta dampak-dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" (bangunan biasa yang interior-nya dirancang secara fungsional sementara eksterior-nya diberi hiasan) adalah lebih baik daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain (dan juga non-arsitek) menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai akar masalahnya. Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk mencapai lingkungan yang dapat ditempati. Design Methodology Movement yang melibatkan orang-orang seperti Chris Jones atau Christopher Alexander mulai mencari proses yang lebih inklusif dalam perancangan, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Peneilitian mendalam dalam berbagai bidang seperti perilaku, lingkungan, dan humaniora dilakukan untuk menjadi dasar proses perancangan.
Bersamaan dengan meningkatnya kompleksitas bangunan,arsitektur menjadi lebih multi-disiplin daripada sebelumnya. Arsitektur sekarang ini membutuhkan sekumpulan profesional dalam pengerjaannya. Inilah keadaan profesi arsitek sekarang ini. Namun demikian, arsitek individu masih disukai dan dicari dalam perancangan bangunan yang bermakna simbol budaya. Contohnya, sebuah museum senirupa menjadi lahan eksperimentasi gaya dekonstruktivis sekarang ini, namun esok hari mungkin sesuatu yang lain.

Kesimpulan

bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun, kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang batu di negara-negara berkembang, atau melalui standar produksi di negara-negara maju. Arsitek tetaplah tersisih dalam produksi bangunan. Keahlian arsitek hanya dicari dalam pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya / politis yang penting. Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak pernah berdiri sendiri. Selalu akan ada dialog antara masyarakat dengan sang arsitek. Dan hasilnya adalah sebuah dialog yang dapat dijuluki sebagai arsitektur, sebagai sebuah produk dan sebuah disiplin ilmu.


Desain Rumah Sederhana

* Rumah sederhana adalah rumah yang tidak terlalu banyak memiliki perabotan atau furniture. Belilah perabot yang penting dan memang dibutuhkan, misalnya kursi, meja, ranjang, lemari, dan lain sebagainya.

* Desain rumah sederhana identik dengan rumah minimalis, jadi sebaiknya belilah barang-barang yang memang mengusung tema tersebut. yakni perabotan yang sederhana dan tidak memiliki terlalu banyak detail.

* Untuk warna dalam desain rumah sederhana, sebaiknya tidak menggunakan terlalu banyak jenis warna yang kontras dalam satu rumah atau ruangan. Penggunaan bermacam-macam warna yang terlihat saling kontras, tidak akan menimbulkan keserasian ruangan.

* Dalam penataan perabot, pastikan dalam satu ruangan tidak terlalu banyak barang agar ruangan tidak terkesan sempit


Desain Rumah Sederhana

Desain Rumah Sederhana

Desain Rumah Sederhana

Desain Rumah Sederhana


Archive for the ‘Arsitektur’ Category

RUMAH PUZZLE



Penulis : Okita Sisy Tiara 
 Fotografer : Ahkamul Hakim
Sejak awal, pemilik rumah dan arsitek Yu Sing sepakat untuk mengacu pada konsep arsitektur tropis bergaya nusantara dengan konsep green architecture. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya eksplorasi material yang diterapkan pada hunian ini baik material daur ulang maupun material baru yang pemanfaatannya dibuat secara berbeda. Arsitektur yang ditampilkan berkonsep rumah puzzle, karena pemilik rumah memiliki banyak koleksi pernak pernik. Puzzle juga memiliki arti mengkreasikan dan memadukan berbagai material bekas. Material bekas yang digunakan seperti sisa genteng, kayu bekas, bambu dan grass block.
Agar ruangan tidak terasa panas di siang hari, arsitek memilih material grass block sebagai pembentuk fasad bangunan. Pemanfaatan material untuk fungsi yang tidak lazim ini tentu saja membutuhkan penanganan khusus dalam hal konstruksi. Pada hunian ini, grass block “dipaksa” untuk disusun secara vertikal dengan ketinggian mencapai 11 meter. Hal ini disiasati arsitek dengan terlebih dahulu membuat modul rangka baja iwf sebagai “pengkaku”. Setelah itu barulah grass block digunakan untuk mengisi modul tersebut.
Lahan yang terbatas yaitu 180 m2, disiasati dengan penggunaan split level dan bentuk geometri yang miring. Hunian ini terdiri dari empat lantai. Lantai satu dimanfaatkan sebagai gudang. Adapun suasana “rumah” baru terasa di lantai dua. Pada lantai dua terdapat ruang duduk, ruang kerja dan ruangan untuk memajang koleksi pemilik rumah. Pada lantai dua ini juga terdapat taman tengah yang berfungsi memasukkan cahaya matahari dan mengalirkan udara. Di atas taman tengah terdapat void sampai ke lantai paling atas.
Pada lantai 2,5 terdapat ruang untuk menonton TV, pantri dan ruang makan. Adapun pada lantai tiga, terdapat dua kamar tidur anak dan ruang untuk aktivitas anak. Berbeda dengan suasana pada lantai dua yang didominasi oleh pernak-pernik nusantara dengan nuansa etnik yang kental, pada lantai tiga desain interior didominasi oleh warna putih dengan sentuhan pernak-pernik anak yang berwarna-warni, sehingga menghasilkan suasana yang cerah dan ceria.
Naik ke lantai 3,5 kita akan menemukan kamar tidur utama. Kamar tidur utama bergaya modern dengan tone warna yang redup seperti krem dan cokelat. Kamar tidur utama ini juga memiliki mezanin. Lantai bawahnya difungsikan sebagai ruang menonton TV dan walk in closet sedangkan pada bagian atasnya difungsikan untuk tempat tidur. Pada lantai yang paling atas yaitu lantai empat atau rooftop, terdapat taman dan area ibadah yang sifatnya privat.
Lokasi        : Kediaman Keluarga Jonathan di Kawasan Greenville, Jakarta Barat
Arsitek        : Yu Sing – akanoma

Keharmonisan Etnik dan Modern


Penulis : Okita Sisy Tiara    Fotografer : Ahkamul Hakim
Di tengah maraknya bangunan rumah tinggal bergaya internasional, hunian berikut ini tampil beda dengan desain modern yang mengutamakan nilai-nilai lokal. Sejak awal, pemilik rumah menginginkan hunian yang alami dengan unsur etnik pada interiornya, namun tetap tampil modern. Tim arsitek Akanoma berusaha menjawab keinginan tersebut di atas lahan seluas 363 m2. Tim arsitek memadukan massa dengan bentuk geometris yang kuat yaitu bentuk kotak dan bentuk silinder, dan massa beratap pelana. Perpaduan bentuk atap pelana dengan massa berbentuk kotak dan silinder ini merupakan keharmonisan antara unsur etnik dan unsur modern.
Fasadnya terlihat unik dengan perpaduan material bambu dan kayu, serta unsur hijau dedaunan pada pagar guna menciptakan tampilan yang alami. Pada hunian ini terdapat dua pintu masuk (entrance). Entrance yang pertama akan membawa kita ke ruang tamu yang berbentuk silinder. Ruang tamu ini memiliki tinggi satu setengah lantai yang dikelilingi oleh material kaca dan bambu. Di ruang tamu juga terdapat tangga melingkar menuju ruang kerja berbentuk mezanin. Meskipun memiliki desain yang modern, namun penggunaan furnitur bergaya lawas berhasil memberikan sentuhan etnik.
Memasuki pintu utama, kita akan disambut oleh ruangan menyerupai koridor dengan doubleheight menuju ruang makan dan mini bar bergaya warung. Ujung koridornya membawa kita ke teras samping yang dilengkapi kolam ikan dan taman yang hijau. Interaksi antara ruang luar dan ruang dalam yang “menyatu” membuat suasana ruang terasa seperti di luar. Teras samping yang berbatasan langsung dengan ruang dalam ini berfungsi untuk mengalirkan udara dengan prinsip ventilasi silang (cross ventilation).
Kelebihan lain yang dimiliki hunian ini adalah efisien dan ramah lingkungan. Tak hanya berhasil memaksimalkan cahaya dan udara, beberapa ruangannya ada yang menggunakan material bekas yang masih layak pakai. Seperti genteng bekas untuk penutup dinding pada ruang keluarga dan material kayu bekas bantalan rel kereta api sebagai bagian dari fasad hunian.
Lokasi        : Kediaman Keluarga Ida di Kawasan Cinere, Jakarta Selatan
Arsitek        : Akanoma Architect
Tim Desain    : Yu Sing, Benyamin Narkan, Iwan Gunawan dan Teguh Radena

SPLIT LEVEL BERKARAKTER


Penulis : Viva Rahwidhiyasa
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Biasanya penerapan konsep split level lebih ditujukan pada hunian mungil untuk menyiasati skala ruang yang terbatas. Namun kali ini berbeda, konsep split level di hunian yang berlokasi di kawasan Bintaro ini lebih ditujukan untuk membedakan zonasi ruang agar lebih memberikan “pengalaman ruang” yang berdimensi.
Hunian yang berada di atas tanah seluas 450 m² ini berupa bangunan dua lantai yang di-split menjadi empat level. Dari arah luar, terlihat bangunan berjenjang dengan massa bangunan seolah-olah merupakan perpaduan antara bidang kotak persegi dan bidang trapesium yang disusun dalam susunan maju-mundur dan tinggi-rendah untuk menegaskan dimensi.
Gubahan massa kotak bersusun dipadukan dengan massa bangunan masif yang sengaja “dimiringkan” pada satu sisi yang menghadap ke arah depan. Kedua komposisi massa bangunan masif tersebut dipisahkan oleh kanopi kaca yang transparan sehingga memberikan kesan “ringan” antara kedua massa bangunan tersebut. Bangunan dengan void beratap miring ke arah satu sisi dan sebagian tembus pandang, seolah-olah mewujudkan skala ruang dalam pada bangunan dua lantai tersebut.
Setiap bidang masif diolah dengan finishing berbeda yaitu diaci halus dan dikamprot, kemudian dicat dengan dua jenis warna bernuansa alami yang berbeda. Ada pula yang ditutup dengan batu andesit yang dipasang dengan teknik “susun sirih”. Diantara bidang masif tersebut terdapat bidang yang seolah-olah “dilubangi” dengan dinding kaca transparan yang menerus sampai ke atap dan tembus pandang untuk menjaga keseimbangan massa bangunan. Komposisi dinamis yang atraktif ini membentuk bangunan berkarakter yang berbeda dari bangunan-bangunan di sekitarnya.
Massa bangunan induk dengan skala ukuran yang lebih besar disambung dengan massa bangunan privat yang digunakan untuk kamar tidur utama, membentuk formasi L. Sisi bangungan induk  yang menghadap ke arah dalam sengaja dibuat lebih sederhana (plain) untuk memaksimalkan fungsi ruang dalamnya. “Permainan” detail yang unik senada dengan massa bangunan ruang tamu, diaplikasikan pula pada detail bangunan privat. Area ini sudah dirancang dengan fondasi konstruksi dua lantai tetapi area roof di atasnya hanya dimanfaatkan sebagai roof garden saja. Bentukan bidang miring “diperlunak” dengan tanaman cascade yang menjuntai merepresentasikan gambaran air terjun jatuh.
Taman belakang didesain menyerupai suasana resor dengan kolam renang dan taman tropikal yang mengisi celah dan lorong diantara massa bangunan. “Sensasi outdoor” dapat dirasakan dari ruang tidur utama karena memiliki akses langsung ke arah kolam. Permukaan kolam berada pada posisi satu meter lebih tinggi dari permukaan taman. Dalam hal ini tepian kolam dibuat overflow agar terasa lebih natural.
Konsultan dan Kontraktor :
Riadi Rizal Basjrah , Yusfiardi Thamrin dan
Tim dari Design RumahKoe
Lanskap : Djoni D. Waridan

Villa Keluarga nan Sejuk



Penulis: Qisthi Jihan, Fotografer: Sjahrial Iqbal
Villa yang berlokasi di kawasan Puncak, Bogor ini dibangun sebagai tempat berekreasi dan bersantai bersama keluarga besar pemilik villa setiap akhir pekan (weekend). Villa yang berada di atas lahan seluas 4600 m² dan dengan luas bangunan 1200 m² ini memiliki dua massa bangunan, yaitu bangunan utama untuk keluarga besar dan bangunan  untuk tamu keluarga.
Massa bangunan utama yang terdiri dari dua tingkat tersebut memisahkan antara area privat dengan area berkumpul keluarga. Didalamnya bangunan utama terdapat  delapan kamar tidur termasuk kamar tidur utama dan fasilitas ruang komunal indoor dan outdoor.  Hal senada juga tersedia pada bangunan tamu keluarga, namun disini ditambahkan fasilitas lain berupa kolam renang dan lapangan olah raga.
Kondisi lahan berkontur membuat Silvia Honsa sebagai arsitek memanfaatkan lahan secara maksimal dengan merancang bangunan melalui “permainan” split level. Demi mendapatkan pemandangan hijau di sekitar villa, maka massa bangunan pun didirikan pada titik tertinggi pada lahan ini, dan konsep bangunan pun dibuat transparan serta terbuka. Misalnya saja dengan menerapkan aplikasi material transparan di sebagian besar dinding ruang yang berhadapan langsung dengan alam luar. Keunikan lainnya pada vila ini adalah terdapatnya area semi-outdoor pada setiap ruang termasuk pada setiap kamar.
Pada prinsipnya bangunan ini didesain berkonsep modern dengan “nyawa” sebuah bangunan bergaya resor. Pendekatan desain diaplikasikan melalui unsur natural seperti dengan mengutamakan terdapatnya interaksi antara hunian dan unsur alam secara langsung. Adapun material alami seperti batu alam dan kayu diaplikasikan baik pada eksterior bangunan maupun pada interior bangunan. Dalam pemilihan material, Silvia Honsa juga mempertimbangkan material yang mudah dibersihkan dan tahan lama sebagai respons terhadap bangunan yang berada pada alam yang lembap. Bangunan modern yang berkesan “hangat” pun dapat diperoleh sehingga mendukung suasana yang akrab ketika berkumpul dengan keluarga.
Pemilik : Mohamad di Kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat
Arsitek : Silvia Honsa, ST
Project Director: Awod Makky
Kontraktor : Ir. Syakib Arsalan

BEREKSPERIMEN DENGAN UNSUR GEOMETRIS



Penulis : Imelda Anwar    Fotografer : M. Ifran Nurdin
Keunikan hunian berikut ini terletak pada komposisi bentuk kotak-kotak geometris yang simpel, susunan ruang yang transparan dan pencahayaan alami yang melimpah. Konsep desain hunian ini bermula dari keinginan pemilik untuk memiliki hunian modern dengan suasana yang terbuka dan “ringan”.
Sebagai arsitek muda, Catur banyak mengacu pada prinsip desain bergaya minimalis dengan menonjolkan bentuk yang “jujur” dan pengolahan alur ruang (sequence) yang “mengalir”. Pada tahap awal, arsitek membongkar rumah lama di lahan seluas 300 m2  tersebut, kemudian menggunakan sebagian lahan di bagian tengah untuk massa bangunan baru sehingga menyisakan ruang terbuka hijau yang luas terutama di halaman belakang.
Wujud bangunannya menampilkan boks-boks geometris yang posisinya diatur saling maju-mundur secara dinamis. Setiap boks diolah dengan susunan dinding masif, jendela kaca lebar, teriti dan pagar balkon dari kaca sehingga menegaskan kesan modern yang. Selain diberi finishing cat warna abu-abu, dinding tertentu seperti pagar luar dilapisi oleh batu alam agar memunculkan kesan “hangat”. Empat buah pilar pada fasad juga memberikan kesan kokoh dan diimbangi dengan jendela kaca lebar dan sorot cahaya lampu. Bukaan seperti ini diterapkan di setiap ruang untuk mengoptimalkan masuknya cahaya alami dan mengoptimalkan sirkulasi udara segar ke dalam hunian dan pandangan bebas ke arah luar.
Komposisi boks pada fasad juga mencerminkan susunan ruang dalam hunian, misalnya sebuah boks transparan berbentuk vertikal yang menunjukkan area tangga. Aksentuasinya hadir berupa pagar dari aluminium ber-finishing warna hitam yang serasi dengan keramik penutup lantai teras depan. Masuk ke dalam hunian, arsitek menyusun ruang-ruang tanpa dinding penyekat dan void  di tengah hunian. Ruang-ruang yang bersifat semipublik seperti foyer, ruang tamu dan ruang keluarga ditata menyatu di lantai dasar serta bersisian dengan area tangga di pojok hunian.
Seluruh dinding ruang makan yang menghadap ke halaman belakang dibuat berupa pintu kaca geser tanpa kusen sehingga terasa suasana indoor-outdoor yang kuat pada hunian. Aplikasi kaca yang cukup banyak seperti pada pintu kamar mandi, pagar tangga dan teritis menegaskan citra modern pada hunian ini.
Dalam menata interior, arsitek bersama dengan pemilik rumah memilih furnitur dan aksesori yang simpel dan memadukan warna serta tekstur yang atraktif agar suasana hunian menjadi nyaman. Contohnya, sofa di ruang keluarga yang berlapis kain lembut warna abu-abu dipadu dengan coffee table yang ber-finishing veneer serat kayu yang “hangat”. Kursi dan meja makan yang terbuat dari bahan metal ber-finishing mengilat (glossy) menjadi pusat perhatian (eye catcher). Tata cahaya (lighting) dari lampu jenis downlight dan spotlight juga berperan memberikan kesan “hidup” pada hunian urban ini.
Lokasi : Kediaman di Jalan Kenanga, Semarang, Jawa Tengah


Archive for the ‘Gaya Hidup’ Category

Sarana Memanjakan si Kecil



Penulis : Qisthi Jihan
Fotografer : M. Ifran Nurdin
Tempat yang dinamakan Spa Baby ini memberikan perawatan tubuh bayi usia tiga bulan sampai anak usia 12 tahun untuk membantu pertumbuhan mereka. Anak-anak yang sedang berkembang senang memperhatikan lingkungan sekitarnya dan meraba. Oleh karena itu desainer menggunakan material bertekstur dan objek yang ada di lingkungan seperti binatang dan buah-buahan. Dengan desain yang lucu dan menyenangkan, anak-anak merasakan dimanjakan dan merasa asyiknya berada disini.     Terdapat dua area perawatan di tempat ini, yang pertama adalah area air (aqua) yang basah, terletak di wilayah basement dan digunakan untuk perawatan bayi. Desainnya terinspirasi oleh suasana bawah laut yang tenang, menggunakan warna pastel dan pencahayaan indirect dengan dimmer agar dapat menenangkan bayi. Di area ini terdapat bathtub kecil dan meja built in sebagai area tidur anak saat dipijat sedangkan pojok lain diolah menjadi area potong rambut . Area perawatan kedua adalah area sand yang berada di lantai satu dan digunakan untuk salon anak-anak. Area ini diisi dengan furnitur dan pintu “mungil” sesuai dengan ergonomi anak dan mereka merasa nyaman berada di tempat ini. Ada pula sudut khusus untuk bermain, memajang karya anak-anak dan area tunggu. Dindingnya yang dipenuhi oleh gambar  binatang-binatang berwarna cerah khas anak, sebagian digunakan sebagai  “kanvas” untuk sarana coret mencoret anak.
Selain berenang di bath tub, tersedia pula perawatan pijit bayi yang dapat membantu sirkulasi darah, perkembangan saraf, merangsang sistem motorik, menstimulasi pertumbuhan hormon sehingga bayi dapat merasa relaks.  Untuk anak, variasi perawatan lebih beragam seperti perawatan tangan dan kuku(manicure), perawatan kaki  (pedicure), creambath dan perawatan muka. Bahan-bahan yang dipakai berasal dari bahan alami sehingga aman dalam pemakaiannya.
Lokasi : Spa Baby, Jakarta Selatan
Desainer interior : Benno Ramadian ( BRd Design)
Pemilik : PT. Spababy Asia

Bistro Prancis, Bernuansa Eropa



Penulis: Qisthi Jihan
Fotografer: Sjahrial Iqbal
Bistro ini mengangkat konsep “warung” Eropa yang sangat Prancis sehingga berbeda dari bistro lainnya. Ketika memasuki interiornya, muncul kesan “hangat” dan “ramah” dengan penggunaan warna biru dof pada dinding dan lantai kayu. Bistro ini dibagi menjadi tiga area dengan suasana yang berbeda pada tiap areanya. Area utama ditata dengan suasana dining dan bar yang terasa lebih akrab dan intim sedangkan area outdoor terasa lebih santai dengan santapan ringan untuk tea time ataupun sarapan. Desain area outdoor ini disesuaikan dengan warga kebiasaan masyarakat Jakarta yang suka ‘ngobrol dan ngopi-ngopi’. Area makan di koridor pun menawarkan suasana berbeda dengan adanya open kitchen. Anna Bambang  yang mendesain bistro ini memberi sentuhan rustic untuk menghadirkan suasana Prancis tradisional. Caranya, panel dan pilar besar khas arsitektur art deco Eropa diber finishing cat warna biru doff sehingga tampil beda diantara warna-warna “hangat” seperti coklat pada lantai kayu dan merah marun pada furnitur. Aplikasi warna emas yang sedikit berkarat pada handel pintu masuk dan bingkai kaca dinding bar menjadi aksen pembentuk suasana interior Prancis. Stiker warna emas bermotif damask pada kaca di area utama menegaskan hal tersebut. Untuk pencahayaan, desainer memilih lampu kuning agar tercipta suasana “hangat” di bistro ini. Armatur lampu dinding dipilih yang bergaya klasik sedangkan lampu gantungnya berbentuk bulat simpel komposisi ruangan tidak terkesan “penuh”.
Lokasi : Bistro Baron, Plaza Indonesia, Jakarta
Pemilik : David Ratner
Interior : Anna Bambang


MANDI MEWAH ALA BINTANG FILM




Penulis : Didan N.Sardjono   Fotografer  : Ahkamul Hakim
Mandi bagi wanita saat ini bukanlah ritual aktivitas harian biasa, tetapi  sudah menjadi gaya hidup bagi para wanita yang ingin memanjakan diri secara total. Untuk lebih memperkenalkan lebih jauh tentang mandi secara total  ini sebuah perusahaan sabun  memperkenalkan sebuah kegiatan yang diharapkan dapat menginspirasi dan mengubah paradigma para wanita Indonesia mengenai kebiasaan mereka menikmati ritual mandi.
Sehubungan dengan itu,  Lux Beauty Lounge dapat memberikan suatu pengalaman mandi mewah ala bintang film. Konsep mandi seperti ini belum pernah dilakukan oleh kebanyakan wanita. Di tempat ini Anda dapat menikmati ritual mandi mewah ala bintang film dan mengalami proses mempercantik diri dalam arti yang sebenarnya, mulai dari scrubbing, mandi sauna, berendam di jacuzzi dan kembali menikmati shower dengan water jet pressure. Selain itu, mandi mewah ini juga dapat menyeimbangkan jiwa dan menenangkan pikiran karena penggunaan air saat mandi baik dengan shower ataupun berendam dipercaya dapat memberikan efek terapi yang baik bagi tubuh.
Di tempat ini Anda benar-benar menikmati kemewahan mandi mulai dari membersihkan tubuh dengan scrubbing yang mengangkat sel-sel kulit mati diikuti dengan sauna yang membuka pori-pori kulit. Ritual mandi mewah diakhiri dengan shower berdesain khusus. Air dari shower ini akan terpancar dari berbagai arah yang dapat membantu melancarkan peredaran darah sehingga tubuh pun terasa lebih bugar. Kemewahan makin terasa dengan penataan interior yang diberi sentuhan warna-warna soft dan aroma yang harum sehingga menciptakan kesan akrab yang penuh keceriaan.

Restoran Berinterior Khas Jepang

Penulis : Qisthi Jihan    Fotografer : Sjahrial Iqbal
Kiyadon, merupakan sebuah  restoran yang  menyajikan aneka hidangan negeri sakura.  Suasana interior di Kiyadon tampak modern tanpa meninggalkan  unsur interior yang berorientasi kebudayaan Jepang.  Saat memasuki restoran ini, pengunjung dapat menikmati suasana di area luar  dan suasana area dalam yang terbagi dalam tiga area duduk yaitu area duduk tatami, area duduk sushi bar dan area duduk  dengan kursi built in.
Hadirnya bunga-bunga sakura pada panel depan menjadi daya tarik yang mencirikan sebuah restoran Jepang.  Fungsinya  pun  selain untuk dekorasi seolah-olah menjadi gapura pemisah antara  area  luar dan area dalam. Area duduk tatami  menjadi satu ciri khas tata cara duduk yang diadopsi dari kebudayaan Jepang. Namun uniknya, di restoran ini  tata cara seperti itu hanya dibuat ”seakan-akan” pengunjung duduk lesehan. Dalam hal ini setiap area meja, mempunyai lantai yang dibuat ceruk sehingga kaki pengunjung dapat masuk ceruk. Area sushi bar juga menawarkan suasana khas Jepang dengan mempertunjukkan keahlian sang koki meracik sushi yang dapat langsung dipilih dan disantap.


Archive for the ‘Interior’ Category

Hunian Bersuasana Kafe



Penulis : Okita Sisy Tiara        Fotografer : M. Ifran Nurdin

Unit apartemen yang berlokasi di Gading Mediterania Residence ini memiliki beberapa ruangan yaitu dua kamar tidur, ruang keluarga yang digabung dengan ruang makan, pantri dan kamar mandi. Agar ruang keluarga terasa lebih lega, arsitek menghilangkan fungsi ruang makan dan membuat keseluruhan ruang menjadi sebuah lounge untuk bersantai. Selain itu arsitek juga memberikan tema “Kafe” pada hunian ini. Dengan membawa suasana gaya hidup perkotaan ke dalam hunian, arsitek ingin hunian ini tampil unik dan berbeda dari unit-unit apartemen lainnya.
Elemen grafis seperti panel menu minuman kopi, gambar-gambar kopi dan wallpaper bertema kopi sengaja ditempatkan di ruang keluarga dan pantri. Terdapatnya pernak-pernik seperti coffee maker dan beragam jenis cangkir kopi yang dipajang pada ruang keluarga juga turut memperkuat suasana kafe. Adapun untuk menyiasati lahan terbatas, arsitek menempatkan furnitur yang simpel dan tidak memakan banyak tempat. Contohnya sofa mungil, meja mungil dan rak-rak built-in yang dibuat menempel pada dinding.
Dari ruang keluarga, kita beralih ke kamar tidur utama. Arsitek merancang rak dan lemari built-in pada kamar tidur utama. Agar desain kamar lebih atraktif, dinding pada kamar tidur utama ini ditempel dengan wallpaper. Adapun pada kamar tidur anak dengan luas lebih kecil, arsitek merancang sebuah mezanin. Sehingga pada bagian atas digunakan untuk tempat tidur, sedangkan pada bagian bawah mezanin dapat dimanfaatkan untuk ruang belajar.
Secara keseluruhan hunian ini berhasil menampilkan konsep hunian dengan suasana kafe yang unik tetapi tetap terasa nyaman.
Lokasi    : Kediaman Keluarga Bramantha Sutopo di GMR, Jakarta Utara
Arsitek    : Peter Yogan Gandakusuma – Spaxious Design

KREASI DESAIN SUITES MUTAKHIR

Tuesday, December 13th, 2011
Penulis : Imelda Anwar     Fotografer : Ahkamul Hakim
Salah satu desain suites mutakhir yang inspiratif adalah Avissa Suites yang berlokasi di kawasan Karet, Jakarta Selatan yang dirancang oleh konsultan arsitektur Tridhistana. Suites setinggi enam lantai dengan luas lahan 1400 m2 ini memiliki 100 buah unit yang terdiri dari 87 buah unit standar, 12 buah unit spesial (VIP) dan 1 unit khusus untuk keluarga. Unit standar memiliki luas 30 m², sedangkan unit spesial luasnya 45 m².
Tantangan awal muncul ketika arsitek mengolah lahan untuk menempatkan massa bangunan dan membuat area parkir pada lahan yang luasnya terbatas. Garis Sepadan Bangunan (GSB) yang sempit dan jarak antarbangunan yang rapat di lingkungan menambah kesulitan bagi arsitek untuk merancang area pintu masuk (entrance). Untuk menyiasati kondisi ini, arsitek melakukan cut and fill dengan mengeruk lahan di bagian belakang dan mengolah area tersebut untuk area parkir berkapasitas 40 buah kendaraan. Sementara itu lahan bagian tengah dan bagian muka yang lebih tinggi ditata untuk area entrance yang berkesan welcoming. Area transisi yang dinaungi oleh kanopi ini menyatu dengan meja penerima tamu, area lounge untuk tamu menunggu, area tangga dan lift.
Dalam konsepnya, arsitek mengacu pada prinsip arsitektur tropis. Wujud massa bangunan menonjolkan komposisi kubus geometris yang diatur saling maju-mundur secara dinamis dan diberi aksen berupa bidang penyekat luar. Aplikasi bahan alami seperti batu curi, andesit, marmer dan parket kayu yang melapisi dinding serta lantai bangunan dipadukan dengan material pabrikasi seperti kusen aluminium, panel wood plank untuk secondary skin dan kaca lebar yang diberi lapisan film untuk penangkis teriknya matahari. Penataan lanskap antara lain berupa pohon kamboja dan pohon palem di muka entrance “memperlunak” tampilan bangunan dan menghadirkan kesan alami yang teduh.
Dalam mengolah ruang dalam suites, arsitek merancang ruang terbuka (void) dari lantai satu sampai atap bangunan dan diberi naungan (skylight). Area terbuka di tengah bangunan ini dilengkapi oleh kolam hias dan area duduk santai yang letaknya bersisian dengan selasar dalam. Sementara itu deretan unit suites yang menghadap ke area terbuka ini dilengkapi oleh jendela lebar. Dalam menata denah setiap lantai suites, arsitek menempatkan unit-unit spesial (VIP) di bagian muka agar mendapat pemandangan ke arah luar sedangkan unit-unit standar berderet ke arah belakang.
Naik ke lantai paling atas, arsitek menata roof top menjadi fasilitas yang dapat dipakai bersama oleh penghuni suites yaitu ruang fitness, ruang rapat, ruang sarapan dan area duduk outdoor dengan pemandangan ke arah kota. Di ruang sarapan, ditata meja dan kursi makan untuk hidangan ala buffee sedangkan area duduk outdoor dilengkapi oleh gazebo khas Bali dan kolam hias. Area ini menjadi area favorit penghuni suites untuk bersantai terutama di senja hari.
Lokasi : Avissa Suites di Kawasan Karet, Jakarta Selatan
Arsitek dan Desainer Interior : Tridhistana

Interior Klasik Ala New York



Penulis : Qisthi Jihan Fotografer : M. Ifran Nurdin

Restoran bernuansa klasik New York tahun 30-an ini mengambil setting ala suasana film Public Enemy. Di sini pengunjung disuguhkan santapan bercita rasa American Progresif. Jack Rabbit hadir dengan suasana yang terasa nyaman yang jauh dari suasana hiruk-pikuk kota Jakarta dan berada dalam area tersendiri di sudut gedung perkantoran.
Melewati pintu masuk menuju ruang utama, suasana megah terasa berkat posisi plafon yang tinggi. Dalam ruangan yang cukup luas tersebut, desain interiornya didesain dengan gaya elegan melalui konsep klasik New York yang menggambarkan suasana tempat berkumpul kaum elite pada masa lalu. Penataan ruangnya didesain dengan susunan furnitur klasik dengan nuansa atmosfer ruang yang agak “gelap”.  Desain yang atraktif dengan eksplorasi tampilan material dan motif merupakan aspek yang diangkat oleh sang desainer, Willis Kusuma. Material kayu yang mendominasi, diaplikasikan dalam elemen interior seperti penggunaan lantai parket yang memberikan kesan “hangat”. Ada pula penggunaan beberapa kayu solid untuk meja makan yang berkesan rustic.
Desainer pun menghadirkan unsur modern dalam aplikasi cutting laser dengan motif pengulangan garis lengkung yang digunakan sebagai dinding pada floating mezzanine.  Ruang dining restoran ini terbagi dalam empat area yaitu bar and lounge yang berada pada area depan dan dining area pada wilayah tengah. Dua area lainnya yaitu patio berupa teras belakang yang menawarkan suasana “segar” dari ruang terbuka dan floating mezzanine (mezzanine “melayang”) yang merupakan ciri khas milik Jack Rabbit.
Area bar yang berada di sisi kanan pintu masuk utama, dilengkapi dengan wine cellar dengan rak setinggi plafon sebagai latar belakangnya. Area ini pun dapat menjadi pilihan pengunjung agar dapat menikmati keahlian para bartender dengan suasana yang lebih “akrab”. Sedangkan suasana yang lebih santai dapat dirasakan pada area lounge atau patio. Adapun untuk suasana yang lebih privat dan eksklusif, pengunjung dapat memesan tempat floating mezzanine dengan kapasitas 20 orang yang dapat disekat menjadi dua ruangan.
Lokasi : Jack Rabbit Bar and Restaurant, Jakarta
Desainer Interior : Willis Kusuma

Hunian Modern di Tengah Alam



Penulis : Okita Sisy Tiara    Fotografer : M. Ifran Nurdin

Sosok arsitek Alex Santoso, yang dikenal lewat garis-garis desainnya yang unik dan modern, dipercaya pemilik rumah untuk merancang huniannya. Awalnya tapak merupakan lahan kosong dalam sebuah kaveling cluster yang telah siap dibangun. Suasana hijau sudah terbentuk secara alami.
Bagian muka bangunan ini berhadapan dengan “lereng bukit” yang terjadi akibat perbedaan kontur lahan dan ditumbuhi oleh pohon-pohon flamboyan. Hal ini menciptakan suasana asri dan hijau alami di sekeliling bangunan. Karena itulah arsitek membuat area terbuka di depan massa bangunan utama. Dengan demikian sesuai dengan keinginan pemilik rumah, suasana santai pun dapat dirasakan pada hunian ini.
Dari depan, hunian yang berdiri di atas lahan seluas 45 m² ini terlihat sangat modern dengan bentuk massa bangunan yang “dekonstruktif”. Bentuk massa bangunan yang dinamis ini sesuai dengan konsep dasar hunian ini yaitu dynamic house. Arsitek merancang hunian dengan penciptaan massa bangunan dan penempatan susunan ruang yang tidak biasa. Massa bangunan utama berbentuk seperti huruf L dan membentuk sebuah ruang terbuka yang luas dengan sarana yang lengkap untuk aktivitas outdoor.
Unsur modern juga terlihat dari tata letak ruangan. Misalnya merancang area terbuka berupa taman dan kolam renang sebagai area penerima tamu sebelum masuk ke bangunan. Selain itu pengolahan massa bangunan yang berlekuk dan tidak mengikuti grid yang baku, serta atap dengan kemiringan yang berbeda juga menguatkan kesan modern dan kontemporer.
Keterbatasan lahan bangunan seluas 517 m² ini disiasati dengan membagi hunian menjadi tiga lantai. Ruang terbuka yang terdiri dari reflecting pool, jacuzzi, dan taman ini ditempatkan pada bagian depan hunian.
Salah satu hal unik pada hunian ini adalah adanya jembatan dengan rangka baja dan lantai kaca tempered laminated yang berada pada void ruang keluarga. Jembatan berangka baja ini menggunakan teknologi mutakhir. Konsep modern dan dinamis tidak hanya diterapkan pada aspek arsitektur saja, tetapi juga diterapkan pada aspek interior. Perpaduan warna hitam, abu-abu dan putih dipilih untuk interior dan furnitur.
Lokasi        : Kediaman Keluarga Christian dan Frisca di Kawasan BSD, Tangerang
Arsitek        : Alex Santoso

MENYIASATI RUMAH KANTOR DI LAHAN TERBATAS



Penulis : Imelda Anwar    Fotografer : M. Ifran Nurdin
Kediaman keluarga Agus E. Santoso ini merupakan hunian lama dengan ruangan tambahan untuk kantor yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah. Seiring dengan berkembangnya bisnis yang mereka jalankan, mereka membutuhkan ruangan yang lebih besar dan efisien untuk karyawan serta untuk penyimpanan barang. Dalam hal ini Agus sebagai pemilik rumah sekaligus arsitek, merenovasi bangunan yang berdiri di atas lahan dengan luas 356 m² ini menjadi home office dengan tiga lantai.
Pertimbangan pertama dalam merancang bangunan adalah pembagian ruang yang kompak. Contohnya kantor Christine yang berprofesi sebagai perancang gaun pesta didesain sesuai dengan usaha butik dan konveksi pakaian, ditempatkan di lantai dasar agar dekat dengan carport dan garasi. Area privat berupa ruang keluarga, ruang makan dan empat buah kamar tidur berada di lantai satu sedangkan area servis ditempatkan di sisi barat hunian.
Adapun kantor Agus yang digunakan untuk konsultasi desain, taman atap (roof garden) dan area hiburan berada di lantai dua. Agus juga menyiasati bentuk lahan yang mengerucut ke arah belakang dengan mengolah area “sisa” baik berbentuk segitiga maupun berbentuk sempit memanjang, menjadi bentuk terbuka sampai ke atap (lightwell dan airwell) yang dikelilingi oleh ruang dalam.
Dalam mengolah fasad bangunan, Agus memadukan antara deretan jendela kaca, teritis kotak-kotak dan dinding berfinishing cat warna earth tones. Area masuk utama sekaligus akses ke butik ditandai oleh pintu ganda dan jendela kayu jati sedangkan balkon ruang keluarga dilengkapi dengan tanaman menjuntai Canna varigata dan ekor merak. Dinding muka area servis hanya disekat oleh jalusi aluminium vertikal dan deretan pohon bambu Cendani agar fasad tampil lebih “segar”. Atapnya didesain berupa satu bidang miring  dan dinding di bawah atap sengaja dibuat mundur supaya bidang atap tampil menonjol. Desain yang mengacu pada prinsip arsitektur tropis ini tidak hanya membuat rumah lebih sejuk dan hemat energi listrik tetapi juga dapat mengoptimalkan kontinuitas visual antarruang.
Beranjak ke dalam, kita akan menemui kantor yang bersifat publik, ruang-ruang privat dan area servis. Beberapa dinding di sekitar tangga didesain transparan dengan kaca buram atau berupa jendela krepyak untuk memudahkan komunikasi antaranggota keluarga melalui area void tangga.
Di lantai satu, kita akan menemui ruang tamu “mungil” yang bersisian dengan ruang keluarga. Ruang ini menyatu dengan pojok meja kerja, ruang makan dan pantri serta dilengkapi dengan ruang terbuka/void sampai ke atap (double volume), balkon dan selasar menuju ke kamar-kamar tidur di bagian belakang. Dalam mendesain ruang dalam, Agus membuat  bukaan pada dinding yang memungkinkan anggota keluarga untuk berinteraksi, berkomunikasi dan untuk dapat mengontrol kegiatan di ruang manapun mereka berada. Untuk pengisi interior hunian, Agus mengombinasikan antara furnitur, aksesori lama bergaya vintage dan aksesori bergaya modern.
Lokasi  : Kediaman Keluarga Agus E. Santoso dan Christine Wibowo di Semarang, Jawa Tengah
Arsitektur dan Desain Interior : Pemilik

Archive for the ‘Komunitas’ Category

The Lesson Learn ARCHITECTOUR 2009 di Bali



Oleh : Viva Rahwidhiyasa    Fotografer : Didan Sardjono
Bambu merupakan material lokal yang potensial untuk dikembangkan. Selain eksotis, bambu juga memiliki karakter fisik yang kuat dengan kelenturan yang tinggi sehingga layak digunakan untuk elemen struktural dan non struktural pada bangunan.
Di Indonesia bangunan yang terbuat dari bambu identik dengan bangunan sederhana dan erat kaitannya dengan yang “berbau” tradisional. Eksplorasi bambu dalam aplikasi desain modern sudah banyak dilakukan tetapi belum memasyarakat secara luas. Namun, beberapa arsitek lokal telah meraih sukses dengan karya spektakuler tingkat dunia karena berhasil bereksplorasi dengan bambu untuk karya desainnya. Eksplorasi bambu pada dunia desain dan arsitektur menjadi satu alternatif untuk mewujudkan spirit lokal. Desain yang berspirit lokal ini merupakan suatu bentuk nyata dalam upaya gerakan hemat energi yang menciptakan perancangan berorientasi pada alam. Hal  di atas mengejawantah pada acara field seminar Green Design ARCHITECTOUR 2009 yang diselenggarakan oleh Green Design Community dan Majalah Griya Asri didukung oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) daerah Bali yang berlangsung dari tanggal 27 – 30 Oktober 2009 di Bali.

GREEN DESIGN AWARD 2009



Penulis : Viva Rahwidhiyasa  Fotografer : Ahkamul hakim
Green Design Award 2009 yang diselenggarakan oleh majalah Griya Asri merupakan sebuah langkah ke depan sebagai bentuk komitmen MGA kepada pembaca setia MGA. Karya-karya “green” untuk senantiasa memberi inspirasi akan segala hal yang menunjang kehidupan yang lebih berorientasi pada perancangan ramah lingkungan (inspiring eco living). Penghargaan ini juga kami tujukan kepada perancang dan pemilik rumah karena sudah selangkah lebih maju dengan memulai aksi membuat sebuah karya berkonsep green.
Karya-karya terbaik yang telah hadir mengisi MGA mulai dari edisi Januari 2008 hingga Oktober 2009 diseleksi oleh tim juri yang terdiri dari arsitek Budi Sukada dan Priandono Nurhadi, serta arsitek lanskap Nirwono Joga. Ketiganya merupakan profesional di bidangnya yang tidak perlu diragukan lagi kiprah dan komitmennya terhadap profesinya.

Archive for the ‘Katalog’ Category

Aksi Cantik Single Chair


Penulis: Tika Bharly / Fotografer: M. Ifran Nurdin
Jenis furnitur yang satu ini hampir selalu muncul sebagai detail yang penting dalam penataan sebuah interior ruangan. Mulai dari foyer, ruangan tamu, ruangan duduk, kamar tidur, sampai area lounge dan teras, pasti terasa tak lengkap tanpanya. Kehadiran furnitur ini senantiasa penting, baik sebagai tempat duduk-duduk bersantai dan tempat bercengkerama, maupun sebagai elemen menarik yang turut menghidupkan tampilan ruangan. Kursi tunggal (single chair), menjadi salah satu furnitur yang sering diidentikkan dengan sebuah perpaduan kenyamanan dan keindahan. Di bawah ini ditampilkan contoh single chair yang elegan.
1. Leonardo Wing Chair

Keanggunan yang penuh wibawa dari bentuk kursi klasik berukuran besar diperhalus dengan bahan cantik berwarna kelabu yang lembut.
Harga: Rp6.360.000,00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar